5.14.2011

Pembunuhan di Sungai Nil — Death on The Nile

Diposting oleh mii di 09.05 0 komentar
Linnet Ridgeway adalah wanita muda yang hidupnya nyaris sempurna. Dia kaya, punya wajah dan tubuh menawan, sehat, dan terkenal. Namun tidak semua orang menyukainya. Banyak wanita-wanita lain di dunia yang iri padanya. Sehingga meski dipuja, Linnet juga dikelilingi oleh orang-orang yang memendam rasa benci.

Terlebih-lebih oleh Jacqueline de Bellefort, seorang teman akrab Linnet. Gadis ini sakit hati dan kecewa setengah mati pada Linnet, setelah tunangannya yang bernama Simon Doyle 'direbut' oleh sahabatnya itu. Linnet menikahi Simon, padahal Simon hanya seorang pemuda miskin. Linnet juga tahu bahwa Jackie cinta mati pada Simon. Tapi gadis itu tak peduli.

Setelah menikah, Linnet dan Simon berbulan madu ke Mesir. Mereka mengikuti tur di atas Sungai Nil dengan sebuah kapal mewah. Seharusnya ini adalah saat-saat membahagiakan untuk Linnet. Tapi tidak. Di sana mereka bertemu Jackie. Gadis itu meneror dengan mengikuti pasangan pengantin baru itu ke manapun mereka pergi. Jackie juga membawa pistol, mengancam akan menembak kepala Linnet. Hercule Poirot yang kebetulan ikut dalam tur tersebut, dimintai tolong oleh Linnet untuk menyelesaikan masalahnya. Setelah mendengar keluh-kesah Linnet, Poirot kemudian menemui Jackie dan menasihatinya. Namun Jacki tidak mau dengar. Dia tetap akan melakukan teror itu, dan suatu saat pasti akan menembak kepala Linnet.

Suatu malam, saat Poirot merasa ngantuk sekali sehingga dia cepat tidur, terjadilah insiden pertengkaran antara Simon dan Jackie. Gadis itu dalam keadaan mabuk menembak kaki Simon. Setelah itu terjadi, dia seolah jadi gila, dan menyesali perbuatannya. Dan pada pagi harinya, Linnet ditemukan tewas di kabinnya, dengan luka tembak di kepala. Di dinding dekat dia berbaring, tertulis huruf J dengan darah. Saat Poirot memeriksa jari Linnet, ada darah di sana. Mungkinkah ucapan yang pernah dikatakan Jackie bahwa dia ingin membunuh Linnet itu benar-benar dilakukannya?

Dan Mosieur Hercule Poirot mulai beraksi...

Satu lagi misteri yang sangat mengesankan dalam buku Madam Christie. Kali ini bukan lagi di London, melainkan Mesir. Dengan setting tempat yang tidak biasa, sambil mengikuti alur ceritanya aku berasa terlibat dalam tur di atas Sungai Nil itu. Mengesankan! (jadi pengen ke Mesir juga).

Diawali dengan plot yang terpisah-pisah, setting yang berbeda, serta tokoh-tokoh yang berbeda pula. Di masing-masing plot, setiap tokoh punya latar belakang berbeda-beda namun masih tetap terhubung dengan benang merah cerita ini; Linnet Ridgeway. Di cerita ini terlibat banyak tokoh yang awalnya (jujur) bikin aku bingung. Tapi di situlah hebatnya Madam Christie, dia mampu menciptakan karakter yang nggak sama satu dengan yang lainnya. Walaupun satu tokoh itu perannya nggak begitu penting, tapi tokoh itu punya satu ciri yang bisa membuatnya beda dari karakter lain. Salah satu yang membuat aku kagum sama Madam Christie. Dan kurasa hampir semua bukunya melibatkan banyak tokoh (sejauh yang udah pernah kubaca).

Berikutnya, aku masih suka sama cara Madam Christie mendeskripsikan tokoh-tokohnya, terutama Hercule Poirot. Trademark-nya tetap bertahan; lelaki kecil/pendek, kumisnya yang luar biasa (lebat dan melengkung ke atas dengan unik), matanya yang (melebar) seperti mata kucing, lincah, dan satu yang paling utama—sikap sombongnya yang luar biasa.

Kembali ke cerita, seperti buku-buku Madam Christie yang sudah-sudah, akhir dari misteri pembunuhan ini nggak pernah bisa ketebak atau disangka-sangka. Selalu di luar dugaan. Seorang tokoh yang rasanya mustahil atau (sengaja) diposisikan pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk dijadikan tersangka, pada akhirnya dialah pelakunya. Dan lagi, dalam misteri kali ini nggak hanya terpaku pada satu pembunuhan, ada dua pembunuhan menyusul yang bikin jantung berdebar!

Penasaran? Buruan baca. Atau sudah? Mau berdiskusi? :)


gambar: gpu.co.id

5.08.2011

RED CLIFF, an Awesome Epic War Film!

Diposting oleh mii di 01.36 0 komentar

Entah kenapa ada yang menarik banget dari film ini. Padahal sebelumnya aku jarang nonton film kolosal—apalagi Cina, karena emang nggak suka. Tapi waktu pertama liat film ini tayang di sebuah stasiun TV nasional kita (yang part 1), itu saluran nggak aku ganti. Awalnya sih karna liat muka Takejii (Kaneshiro Takeshi) di situ xD. Tapi jujur bukan cuma karna itu. Semakin lama aku tonton, emang banyak hal-hal yang menarik di sana.

Red Cliff mengisahkan perang yang terjadi di masa akhir Dinasti Han (208-209 M). Dimulai oleh pasukan Perdana Menteri Cao Cao (Zhang Fengyi) yang menyerang wilayah barat yang dikuasai Liu Bei (Anda Yong). Pertempuran itu dimenangkan oleh Cao Cao, sehingga Liu Bei dan rakyatnya tepaksa mengungsi dan meminta perlindungan pada wilayah timur Wu. Kemudian atas saran Zhuge Liang (Kaneshiro Takeshi), penasihat Liu Bei, koalisi terjalin antara Liu Bei dengan pemimpin wilayah timur, Sun Quan (Chang Chen). Mereka sepakat beraliansi untuk menyerang Cao Cao, dan pasukan mereka dipimmpin oleh jendral serta panglima hebat, Gan Xing (Nakamura Shido) dan Zhou Yu (Tony Leung). Karena jumlah prajurit mereka terlalu sedikit dibandingkan pasukan Cao Cao, Zhuge dan Zhou harus membuat strategi jitu untuk mengalahkannya. Termasuk mengirim Sun Shangxiang (Vicky Zhao), adik Sun Quan, untuk menjadi mata-mata di wilayah musuh.

Di tengah cerita, diketahui bahwa penyerangan Cao Cao di Jurang Merah adalah karena wanita. Cao Cao memiliki sebuah lukisan wanita cantik di ruangannya, dan ternyata lukisan itu adalah Xiao Qiao (Lin Chi-ling), istri Zhou Yu. Sehingga sebelum perang di atas Sungai Yangtse itu dimulai, Xiao Qiao datang menemui Cao Cao (tanpa sepengetahuan suaminya) untuk memintanya menghentikan perang. Tapi Cao Cao berkilah bahwa ambisinya bukan karena wanita itu. Dia akan tetap berperang, karena pertempuran itu mengorbankan kehormatan dirinya. Dalam pertempuran kali ini, angin menguntungkan pasukan Zhou Yu. Pasukannya menyerang dengan api, dan membakar habis pasukan Cao Cao. Perdana Menteri itu kalah, dan diusir dari wilayah itu. Zhou Yu dengan besar hati tidak menghukum mati dirinya, karena bukan kekuasaan yang diincarnya.

Film ini mengingatkan aku pada film kolosal juga, Troy. Sama-sama film perang, dan sama-sama menayangkan strategi perang yang luar biasa. Tapi buatku, taktik yang dipake sama para sesepuh bangsa Cina di film ini lebih keren dan lebih cerdas. Kalo Troy terkenal dengan taktik Trojan Horse untuk menembus benteng Kerajaan Troya, nah di Red Cliff pake taktik angin untuk menaklukan pasukan Perdana Menteri Cao Cao. Nggak hanya itu, masih banyak taktik-taktik lain yang bikin kita mangap kagum. Seperti taktiknya Zhuge Liang untuk mendapatkan 100.000 panah musuh. Trus taktik pertahanan yang dipake Zhou Yu waktu diserang pasukan Cao Cao di wilayahnya, padahal Zhuge Liang sempat mencibir kalo itu taktik kuno. Ternyata berhasil, dan malah mampu memukul mundur pasukan Cao Cao.

Selain strategi-strategi cerdas itu, banyak juga nilai-nilai humanis dan patriotis dalam film ini. Seperti kita bisa mengenal bagaimana budaya bangsa Cina lewat seni minum teh yang ternyata memiliki makna khusus. Kemudian seni bermusik yang bisa menjadi media komunikasi antara yang satu dengan yang lainnya, seperti dalam adegan di part 1 antara Zhuge Liang dan Zhou Yu saat memetik alat musik mereka (aduh saya nggak tau namanya, mungkin kalo di Jepang semacam koto, kalo di Indo ya kecapi gitu deh). Dan semangat patriotisme yang muncul bisa dilihat dari perjuangan rela mati dari masing-masing pasukan. Meski begitu, film ini juga memuat unsur cinta damai. Kekuatan serta kekuasaan yang diibaratkan bagai sebilah pedang yang menghunus, tidak lebih indah dari kedamaian. Makanya film ini ditutup dengan klimaks yang bagus, yang menggaris-bawahi sebuah perdamaian; Zhou Yu datang bersama istrinya Xiao Qiao membawa Mengmeng yang telah besar (kuda yang dulu proses kelahirannya yang sungsang dibantu Zhuge Liang) ke padang rumput, dan memberikannya pada Zhuge Liang untuk dilepaskan. Sebelum berpisah Xiao Qiao berkata, “Jangan jadikan Mengmeng sebagai kuda perang ya!” Akhir sebuah film perang yang indah banget!

Dan aku paling suka dan paling tersentuh sama adegan di mana Cao Cao berhasil dikalahkan. Tapi saat itu yang dikatakan Zhou Yu adalah, “Tidak ada kemenangan di sini.” Jelas banget bahwa inti dari perang itu bukanlah perebutan kekuasaan, tapi lebih kepada mempertahankan kedamaian. Karena bagaimanapun alasannya, perang hanya meninggalkan kehilangan dan kepedihan atas orang-orang yang jadi korban.

Sang sutradara, John Woo, mengatakan isi cerita Red Cliff ini nggak sepenuhnya berdasarkan sejarah, cuma 50%-nya aja. Selebihnya adalah improvisasi dari si sutradara sendiri. Woo memutuskan mengubah cerita dengan mencampurkan perasaan modern dan perasaannya sendiri untuk kesan yang lebih menduniawi. Menurutnya, akurasi sejarah tidaklah lebih penting ketimbang perasaan penonton tentang pertempuran. Aku rasa teori John Woo berhasil. Dari benang merah sejarah pertempuran di Jurang Merah, film ini semakin kaya dengan pencampuran drama hasil olahan Woo, sehingga memberi kesan warna-warni dalam film ini. Nggak melulu tentang pertumpahan darah; ambisi terhadap kekuasaan, tapi juga dihiasi unsur drama yang lebih humanis dan nggak monoton.

Satu film bagus buatmu yang mungkin belom nonton Red Cliff!



sumber: wikipedia

5.01.2011

Di Dapur

Diposting oleh mii di 00.04 0 komentar
Seperti kata seorang temanku, semua yang kita lewati dalam hidup ini nggak ada yang sia-sia. Setuju banget sama dia. Karena memang apapun yang diciptakan Allah, apapun yang terjadi atas kehendak-Nya, nggak ada yang sia-sia, semua ada hikmahnya.

Nah, salah satunya adalah kisah hidupku sendiri. Sampai saat ini aku merasakan yang namanya susahnya mendapatkan pekerjaan. Apalagi di kota besar macam Jakarta. Ini jadi cobaan yang berat buat aku. Alhamdulillah Allah masih memberiku kekuatan untuk nggak berhenti ikhtiar dan terus berpikir optimis. Ya seperti kataku tadi, nggak ada yang sia-sia, karna semua ada hikmahnya. Aku belum juga dapat pekerjaan. Nah salah satu hikmahnya aku ada di rumah adalah bantu-bantu orang tua, terutama Mama.

Belakangan ini aku rajin bantuin Mama di dapur. Jujur, aku sama sekali malas masak. Yang selalu ada di pikiranku itu makan, makan, dan makan aja. Aku malas kalo udah dilibatkan dengan urusan-urusan bikin repot di dapur. Tapi karena merasa jenuh juga tanpa kerjaan penting di rumah, akhirnya kuputuskan untuk menengok kegiatan Mama di 'kantor'-nya. Walaupun nggak bisa masak, seenggaknya aku bisa bantu motong-motongin sayuran, atau ngupasin bawang, atau numis bumbu, yah kerjaan-kerjaan ringan gitu. Lama-lama kunikmati juga 'kerepotan' ini.

Setelah aku rajin ngerecok di dapur, aku mulai hapal bumbu-bumbu beberapa jenis masakan (lumayan lah), aku juga mulai bisa masak beberapa sajian (yang pastinya nggak susah-susah amat masaknya xD), selain itu aku juga tau gimana caranya mencuci sayur yang benar. Pokoknya banyak yang aku dapat. Apalagi masak itu kan hal yang rasanya wajib dikuasai cewek. Kita kan nggak selamanya hidup sama orang tua, nggak selamanya dibantuin pembantu. Lagian di mana-mana yang namanya suami pasti lebih suka seorang istri yang jago masak. Iya toh? Walaupun nggak sejago Farah Qiunn, seenggaknya bisa menyajikan sesuatu yang enak dimakan.

Selain itu, selama aku di dapur, aku sadar lebih punya banyak waktu buat ngobrol sama Mama. Mulai dari soal keluarga, soal lingkungan rumah, harga barang (biasa ibu-ibu), masa depan, atau hal apapun yang biasa dibincangkan ibu dan anak perempuannya. Kami punya lebih banyak kesempatan untuk berbagi, saling mengenal lebih dalam... Intinya waktu-waktu kami yang terbuang di dapur dapat membuat aku dan Mama jadi lebih dekat.

Terbukti kan? Nggak ada yang sia-sia di dunia ini!

3.05.2011

Aozora ni...

Diposting oleh mii di 21.45 0 komentar
Karna hari ini cuacanya lagi bagus, warna langit Jakarta juga lagi indah-indahnya. Langsung gue ambil kamera, jepret-jepret! Sebenernya gue tertarik sama bentuk-bentuk awannya, subhanallah bagus-bagus pisan euy!

Gambar-gambar ini gue ambil dari balkon, jadi wajar aja angle-nya terbatas. Kalo mandangin ke atas terus, kebayang lagunya Rie Fu yang judulnya I Wanna Go to a Place. Damai banget~








My Boss My Hero

Diposting oleh mii di 05.04 0 komentar


Title: マイ★ボス マイ★ヒーロー
Title (romaji): My Boss, My Hero
Format: Renzoku
Genre: School drama, comedy
Episodes: 10
Broadcast period: 2006-Jul-08 to 2006-Sep-16
Theme song: Sorafune by TOKIO

Cast:
Nagase Tomoya as Sakaki Makio
Tegoshi Yuya as Sakurakoji Jun
Tanaka Koki as Manabe Kazuya
Aragaki Yui as Umemura Hikari
Murakawa Eri as Hagiwara Saki
Kikawada Masaya as Sakaki Mikio
Osugi Ren as Kuroi Teruyuki
Ichimura Masachika as Sakaki Kiichi


Dari judulnya mungkin kedengeran kurang menarik, but like people said “don’t judge the book by it cover.” Nah! Jangan komentar dulu sebelum nonton isinya!

Bercerita tentang seorang pewaris bisnis yakuza bernama Sakaki Makio yang harus kembali jadi anak kelas tiga SMA karena kebodohannya yang nggak ketulungan. Kegagalannya dalam bertransaksi dengan mafia Hongkong membuat ayahnya yang juga sang bos besar mengirimnya ke SMA St. Agnes. Makio nggak bisa menolak, karena hanya dengan lulus dari sekolah itu dia bisa menduduki jabatan bos ketiga dalam generasi keluarganya.

Pewaris klan yakuza terpaksa kembali ke sekolah


Ceritanya nggak semata-mata penuh kekerasan dan dunia gelap yang identik sama yakuza. Justru dorama ini banyak menampilkan adegan-adegan kocak yang bisa bikin penonton nggak bisa berhenti ketawa (saya banget deh! XD). Hal ini didukung oleh situasi Makio yang aslinya cowok dewasa berusia 28 tahun, harus nyamar jadi pelajar berusia 17 tahun dan menyesuaikan diri dengan anak-anak lain seusia itu. Tentu aja itu nggak gampang. Makio harus bersikap layaknya remaja. Dia bahkan jatuh cinta sama cewek temen sekelasnya, Umemura Hikari. Bayangin aja, bos muda yakuza yang disegani banyak orang, yang bisa dengan gampang dapetin cewek-cewek host club, tapi grogi setengah mati berhadapan sama cewek 17 tahun yang dia suka, apalagi dia sampe frustasi waktu ditolak!

selalu menunjukkan wajah aneh buat nakutin guru


berteman (dengan terpaksa) sama Sakurakoji a.k.a Sakura-"ano toka"


kencan sama Umemura Hikari *prikitiiew* lol


Diadaptasi dari drama Korea dengan judul yang sama, dan sekilas agak mirip Gokusen. Benang merahnya hampir sama yaitu seorang yakuza yang menyusup ke dalam sekolah. Hanya saja, pesan yang disampaikan jauh berbeda. Dorama ini lebih mengangkat nilai dari arti penting sebuah sekolah dan masa muda. Di sekolah, kita nggak cuma diajarin pelajaran tentang ilmu pasti, sejarah, atau materi apapun yang bikin pusing kepala. Banyak hal yang bisa didapet, kayak cinta, persahabatan, dan semangat berjuang masa muda. Pahit dan sakit yang dirasain adalah bagian yang harus kita lewati, karena hidup nggak hanya berisi kesenangan aja. Dengan perjuangan gigih dan kerja keras, kita bisa meraih apapun yang kita impikan, kendati pun di awal itu kelihatannya sulit.

Seperti pada saat Makio harus berlari dan bersaing dengan murid-murid lain hanya demi mendapatkan satu cup pudding yang dijual terbatas. Nggak seperti dia saat jadi bos, yang bisa dengan gampangnya mendapatkan apapun yang dia mau karena punya bawahan yang bisa melakukan apa aja untuknya. Tapi selama jadi siswa, Makio harus meraih apa yang dia mau dengan usaha sendiri. Dari situlah dia akhirnya tahu apa arti perjuangan dan kerja keras.

harus adu jotos


akhirnya... cup terakhir!




Hm, abis nonton ini saya jadi pengen kembali ke sekolah. Kangen sama suasananya, kangen sama temen-temen!



data from:
pics from:
en.wikipedia.org
tenipuri-hunter.blogspot.com
dramacrazy.net
dumbotaku.com
listal.com

3.01.2011

24 Wajah Billy

Diposting oleh mii di 22.45 0 komentar
Dua puluh empat orang hidup dalam satu tubuh. Percayakah? Membayangkannya saja mungkin nggak pernah…

Tapi ini benar-benar nyata, dialami oleh seorang pemuda Amerika bernama William Stanley Milligan. Dalam tubuh Billy—nama kecilnya—hidup 23 “orang” yang berbeda. Masing-masing pribadi itu memiliki karakter yang berbeda, keterampilan dan bakat yang berbeda, keinginan dan ambisi berbeda, serta kelemahan yang berbeda.

Ada Arthur, si pemuda Inggris yang angkuh dan cerdas, yang lebih sering menjadi pemimpin. Ragen, pemuda asal Yugoslavia, bertubuh kuat dan ahli menggunakan senjata, cinta anak-anak dan tidak bisa menyakiti wanita. Allen, si pintar bicara, yang selalu mengambil peran saat Billy berinteraksi dengan “dunia luar”. Tommy, remaja yang suka bicara kasar dan antisosial, hanya tertarik pada elektronika dan jago melepaskan diri dari segala ikatan dan kunci. Adalana, cewek lesbian yang suka memasak dan beres-beres rumah. Kevin, perencana perampok toko obat. Philip, si penjahat kelas teri. Serta pribadi-pribadi lain yang masing-masing berbeda usia dan karakter.

Semua pribadi itu terpisah menjadi dua bagian: tokoh yang diinginkan dan yang tidak diinginkan. Itu istilah yang dipakai Arthur. “Orang-orang” yang tidak berguna dan kehadirannya hanya merugikan dicap sebagai “tokoh yang tidak diinginkan” dan tidak boleh menempati kesadaran untuk selama-lamanya. Arthur mendeskripsikan kesadaran atau yang biasa dia sebut dengan “tempat utama” sebagai panggung yang disoroti cahaya lampu. Siapapun tokoh yang berdiri dalam sorot cahaya lampu itu, adalah tokoh yang menguasai kesadaran dan berhadapan dengan dunia luar.

Billy tak menyadari kehadiran 23 “orang” itu dalam dirinya. Dia hanya merasa selalu kehilangan waktu dan tidak tahu apa yang sudah dia lakukan, seolah tidur sambil berjalan. Setiap kali dia membuka mata, orang-orang di sekelilingnya marah, kemudian menghukumnya atas kesalahan yang (dia rasa) tidak dilakukannya—karena saat melakukan kesalahan itu yang menguasai kesadaran adalah tokoh lain. Ini membuat kondisi kejiwaan Billy semakin memburuk. Dia bahkan beberapa kali mencoba bunuh diri, karena Billy pikir dirinya bisa membahayakan orang lain tanpa dia sadari.

Karenanya Arthur mengambil alih. Para tokoh dalam tubuh Billy sepakat menidurkan Billy (sosok inti pemilik tubuh), untuk mencegah percobaan bunuh diri lagi. Dan selama kurang lebih 7 tahun para tokoh itu bergantian menempati “tempat utama” untuk bertahan hidup. Kesempatan mereka di tempat utama digilirkan sesuai keadaan dan keterampilan masing-masing. Yang wanita bertugas membereskan rumah dan memasak, anak-anak boleh bermain dan mengasah bakat masing-masing, dan yang kuat melindungi di saat bahaya. Mereka sudah seperti sebuah “keluarga”—yang hidup dalam satu tubuh. Untuk menjaga rahasia keberadaan mereka dari dunia luar, tiap pribadi harus tetap menyahut meskipun dipanggil dengan nama “Billy”.

Namun keteraturan itu tidak berlangsung lama. Ada masa-masa dimana mereka mengalami “campur baur”, dan ini disebut “masa kacau balau”. Tokoh-tokoh yang menguasai kesadaran masuk silih-berganti tanpa bisa dikendalikan oleh Arthur maupun Ragen. Dan saat masa ini berlangsung tiap tokoh sulit berkomunikasi dengan tokoh lainnya, membuat situasi semakin tak terkendali, sehingga para “tokoh yang tidak diinginkan” mencuri kesempatan dan memungkinkan terjadinya tindakan kriminal yang susah payah mereka hindari.

Kasus perampokan dan pemerkosaan 3 wanita dari Ohio State University (OSU) menyeret Billy ke penjara. Selama proses penyelidikan, tidak sedikitpun Billy mengaku, selain bersikap ganjil dengan berkelakuan seperti anak kecil. Dan pada kesempatan lain Billy berkata-kata kurang ajar menghina para polisi, kemudian menjadi pemuda ketakutan dan linglung dengan lutut gemetar. Semua tingkahnya itu dianggap sandiwara, karena bukti-bukti yang ditemukan di apartemennya menguatkan tuduhan itu. Namun sikapnya yang ganjil mengundang rasa penasaran pengacaranya. Atas permintaan pengacara itu, dilakukan pemeriksaan terhadap kejiwaan Billy oleh seorang psikolog. Dan sejak saat itu terungkaplah bahwa tersangka perampok dan pemerkosa, Billy Milligan, adalah seorang berkepribadian ganda!

Buku 24 Wajah Billy ini adalah karya yang ingin dibuat oleh Billy sendiri, yang ditulis oleh Daniel Keyes. Setelah Billy mencapai tahap terfusi (peleburan seluruh karakter menjadi satu), dia ingin masyarakat tahu bagaimana penderitaannya selama ini.

“Orang-orang” yang hidup dalam tubuh Billy tidak selamanya merugikan orang lain. Mereka memiliki pengalaman mengesankan; yang menyenangkan, yang lucu (sampai membuat aku ketawa karena tingkah salah satu tokoh), sampai pengalaman yang mengharukan. Banyak dari karakter itu yang bersifat dasar pemurah dan baik hati terhadap orang lain, terutama Ragen. Dia seperti Robin Hood, pernah merampok seorang parlente dan menyerahkan uang hasil rampokannya pada dua orang anak gelandangan. Tommy juga pernah sungguh-sungguh mencintai seorang gadis. Allen bahkan pernah mengubah nasib napi anak-anak tertindas di suatu lembaga pemasyarakatan untuk anak-anak dengan mengajukan protes pada petingginya soal peraturan di sana. Beberapa di antara tokoh itu pandai melukis, dan hasil penjualan lukisannya disumbangkan pada sebuah lembaga perlindungan anak dari kekerasan.

Penulisnya, Daniel Keyes, secara rinci menjabarkan kisah sang pemuda berkepribadian ganda ini. Seluruhnya dijabarkan berdasarkan fakta yang ada dan sesuai kronologi. Di dalam buku ini, kita akan mengerti bagaimana menderitanya Billy menjalani hari-hari sebagai tersangka kasus perampokan dan pemerkosaan. Serta keinginannya untuk sembuh dan hidup normal layaknya manusia lainnya.

Buku yang sangat aku rekomendasiin buat kamu baca. Membuka wawasan, dan membuka cara pandangmu terhadap orang-orang seperti Billy, bahkan terhadap dirimu sendiri!

2.25.2011

Gokusen the Movie: Sweet Reunion

Diposting oleh mii di 04.48 0 komentar


Buat yang udah nonton Gokusen 1 sampe 3, pasti udah paham cerita Gokusen itu sendiri seperti apa. Yaitu tentang guru SMA yang identitas aslinya adalah putri penerus sebuah keluarga yakuza. Yamaguchi Kumiko a.k.a Yankumi harus menghadapi murid-murid super bandel dari kelas 3D.

Nah, di Gokusen the Movie ini ceritanya nggak jauh-jauh. Masih seputar kelanjutan kisah Yankumi (Nakama Yukie) sebagai guru matematika di SMA Akado, masih juga jadi wali kelas 3D (yang juga masih dihuni anak-anak berandalan). Yang berbeda, di sini Yankumi bertemu murid-muridnya dulu.

Tanpa disangka-sangka, Odagiri Ryu (Kamenashi Kazuya) datang ke SMA Akado menjadi guru magang. Odagiri mendapat tugas mengajar di kelas 3D, mendampingi Yankumi. Mereka bersama-sama menghadapi murid-murid yang sudah terkenal bengal. Sama seperti jalan cerita di Gokusen dorama, anak-anak itu mendapat serangan dari geng berandal luar sekolah. Kemudian masalah berlanjut pada pertikaian yang ujung-ujungnya diselesaikan oleh Yankumi. Kali ini dia dibantu Odagiri. Dalam menghadapi murid-murid barunya, Odagiri teringat pada dirinya dan kawan-kawannya di masa lalu. Dia dulu sama seperti murid-muridnya itu. Saat menasehati kelas 3D, dia seolah menasehati diri sendiri. Ini membuatnya semakin dewasa.

Yankumi-sensei to Odagiri-sensei. Nggak nyangka guru-murid jadi rekan kerja.


Bukan hanya Odagiri, Yankumi juga bertemu lagi dengan mantan murid-muridnya yang lain dari SMA Akado—dari Gokusen 3, seperti Kazama Ren (Miura Haruma), Honjo Kengo (Ishiguro Hideo), Ogata Yamato (Takaki Yuya), dan teman-teman se-geng-nya di kelas 3D dulu. Mereka tidak sengaja bertemu saat makan di kedai ramen Kuma (Waki Tomohiro). Yankumi kepergok makan bersama pemuda tampan (si Odagiri), dan menyangka mereka berkencan. Saat Yankumi menjelaskan bahwa pemuda itu mantan muridnya juga, anak-anak itu lega, karena mereka beranggapan Yankumi tidak mungkin punya pacar, apalagi tampan. Makanya itu membuat Yankumi marah besar. Dia sudah mengamuk kalau saja Odagiri tidak menahannya. Dan reuni Yankumi lainnya dengan Takeda Keita (Koike Teppei) dan Hyuuga Kosuke (Koide Koisuke) saat sedang menonton orasi seorang calon politikus.

Plot berkembang dengan kasus yang menimpa Kazama Ren. Dia menjadi buronan polisi karena dituduh terlibat dalam organisasi pengedar narkoba. Kabar ini sampai ke ruang guru SMA Akado, membuat Yankumi lagi-lagi harus terlibat. Yankumi dan Odagiri bersama teman-teman Kazama berusaha menemukannya. Saat Yankumi menghubunginya lewat telepon, Kazama tidak mau menjawab teleponnya. Terakhir, yang menemukannya adalah Odagiri, di kelas 3D. Odagiri berusaha menahannya sebelum melarikan diri lagi, kemudian menasihatinya.


Setelah Yankumi dan yang lain datang, Kazama bercerita bahwa dia tidak tahu kalau barang yang diantarkannya itu adalah narkoba, karena dia hanya disuruh dan dibayar. Berkat bantuan anak buah Yankumi, mereka berhasil mengetahui dalang dibalik kasus itu. Tanpa sempat dicegah, Kazama cs bertindak sendirian menangkap orang itu. Tentu saja Yankumi tidak tinggal diam. Bersama Odagiri, dia menyusul dan membantu mereka. Di tempat yang dituju, Yankumi bertemu Tsuchiya Hikaru a.k.a Tsucchi (Hayami Mokomichi) yang sudah menjadi seorang cameramen dan sedang bertugas meliput. Berkat bantuan Tsucchi, mereka membongkar tempat penyelundupan narkoba yang tersembunyi dalam gedung itu.


Ya, seperti yang udah saya ceritakan sedikit (banyak juga padahal), alur dan plotnya nggak terlalu berbeda sama dorama. Yang bikin menarik, banyak tokoh murid Yankumi di Gokusen 1-3 muncul di sini. Beberapa udah saya kasih tau. Di akhir-akhir, muncul muka-muka yang udah lama sekali seperti Narimiya Hiroki, Oguri Shun, dan Ishigaki Yuma. Sayangnya mereka cuma muncul satu kali, itupun sebentaaaar banget! Dialognya bisa kehitung.

Senangnya bisa liat Hiro-kun lagi! (>o<)0


Beberapa wajah lama...


Selain itu, pesan yang diangkat masih sama. Masih tentang persahabatan dan pencarian jati diri. Dari Gokusen 1-3 kita tau banget unsur persahabatannya dalam cerita ini begitu kuat. Selain itu, Gokusen juga mengajarkan pada kita bagaimana menghormati dan menghargai guru. Yang paling menyentuh buat saya waktu Yankumi bilang “Sampai kapanpun kalian tetap murid-muridku”. Walaupun statusnya nggak lagi sebagai orang yang mendidik dan dididik, guru tetaplah orang yang mengerti diri kita, dan akan terus menjadi teladan buat kita. Setuju nggak?

Jadi pengen punya guru kayak Yankumi…


data source:
pics from:
ainokotoba.wordpress.com
movielosophy.blogspot.com
nikpi-0409.blogspot.com
story-zephyr.blogspot.com
dramacrazy.net

2.21.2011

Ima Ai ni Yukimasu

Diposting oleh mii di 20.00 0 komentar


Title: いま、会いにゆきます
Title (romaji): Ima Ai ni Yukimasu
Also known as: Be With You / I'm coming to see you now
Genre: Romance, human drama
Episodes: 10
Viewership ratings: 11
Broadcast network: TBS
Broadcast period: 2005-Jul-3 to 2005-Sep-18
Theme song: Kizuna by Orange Range



Percaya nggak orang yang udah mati bisa hidup lagi?

Keajaiban kayak gitu pastinya sih cuma ada dalam dongeng atau film (allahualam juga sih). Seperti dalam dorama yang satu ini, Ima Ai ni Yukimasu (I’m going to see you now). Tentang seorang ibu yang hidup lagi setelah satu tahun kematiannya.

Ibu cantik itu bernama Mio. Dia meninggal entah karena sakit apa, meninggalkan seorang anak cowok yang lucu berumur 6 tahun dan seorang suami. Sebelum meninggal, Mio membuatkan Yuji (anaknya) sebuah buku bergambar. Dalam buku itu, Mio menceritakan dirinya setelah meninggal akan tinggal di Akaibu Star, dan akan kembali ke dunia setelah satu tahun di saat musim hujan.

Yuji yang masih polos tentu saja percaya. Saat musim hujan tiba, dia berlari ke rumah tua di tengah hutan tempat dia biasa bermain bersama ayah dan ibunya. Di sana, Mio benar-benar muncul, seperti janjinya dalam buku gambar. Dia hidup, sehat, dan bukan sekedar bayangan. Dia manusia. Hanya saja ingatannya hilang, Mio sama sekali tidak mengenal Yuji, Takumi (suaminya), bahkan dirinya sendiri. Meskipun masih tidak percaya, Takumi membawa Mio pulang bersama Yuji yang kelihatan senang sekali.

Takumi dan Yuji rajin berdoa di depan teruterubozu yang di gantung terbalik, agar Mio kembali saat musim hujan (seperti janjinya dalam buku gambar).


Kembalinya Mio ke rumah mungil mereka, tidak membawa kebahagiaan yang dulu pernah mereka miliki. Semuanya harus dimulai dari awal lagi karena Mio hilang ingatan. Dia tidak tahu lagu dansa bersama yang biasa dia nyanyikan dengan Yuji, dia tidak tahu bahwa Yuji alergi strawberry, dia tidak tahu pelukan erat yang selalu diberikannya sebelum Yuji berangkat sekolah. Itu membuat Yuji sedih dan marah, dia merasa Mio yang saat ini bukanlah ibunya yang asli. Mio sedih akan hal itu dan sempat ingin pergi karena merasa tidak pantas jadi ibunya. Namun setelah Takumi memberi pengertian pada Yuji tentang keadaan Mio, akhirnya Yuji sadar dan mau memberi kesempatan pada Mio untuk memahaminya lebih jauh lagi. Mio ingin menjadi ibu yang baik untuknya.


Masalah tidak hanya datang dari Yuji. Hubungan Mio dan Takumi setelah bertemu kembali pun sangat kaku, seperti dua orang yang baru pertama kali bertemu—padahal mereka suami-istri. Gerak-gerik keduanya masih canggung. Terkadang Takumi minta maaf saat tidak sengaja bersentuhan dengan Mio. Namun karena Mio tahu dia adalah istri Takumi, mereka menikah pasti karena saling mencintai dong! Karena itu Mio ingin jatuh cinta lagi padanya (aih so sweet~).


Takumi rajin menceritakan kisah mereka saat masih di bangku SMP. Tentang bagaimana dia mulai menyukai Mio, tentang usahanya untuk membuat Mio menyadari kehadirannya—dulu Mio terkesan cuek padanya dan lebih menyukai cowok lain. Dan dari cerita-cerita itu, Mio tanpa sadar mulai mencintai Takumi. Melihat perjuangannya yang begitu kuat untuk menghidupi dia dan Yuji, padahal kondisi tubuhnya sangat lemah, sampai Takumi jatuh sakit. Juga kebaikan hati Takumi, sikapnya yang begitu lembut dan membuat orang-orang di sekelilingnya tertawa, membuat Mio semakin jatuh cinta padanya. Mio sadar, berada di sisi Takumi membuatnya bahagia.

Namun di saat cinta itu berkembang, Mio mengetahui kenyataan bahwa dia sebenarnya sudah meninggal. Mio menemukan buku bergambar yang disimpan Takumi di gudang, dan tahu bahwa dia akan kembali saat musim hujan berakhir. Dia tidak bisa selama-lamanya berada di sisi Takumi dan Yuji, seperti yang diinginkannya. Dia harus pergi lagi. Meski menyakitkan, Mio tidak punya pilihan. Memang berat meninggalkan orang-orang yang kita cintai.

Saat-saat bahagia. Yang tidak akan pernah tergantikan oleh apapun.


Tapi Mio tidak ingin larut dalam kesedihan. Sebelum pergi untuk selamanya, dia mengajarkan Yuji membereskan rumah dan memasak. Mio diam-diam memesan kue ulang tahun tanpa strawberry di atasnya pada toko kue langganan mereka, yang akan diberikan pada Yuji setiap ulang tahunnya sampai tahun ke-20. Terakhir, Mio ingin membuat pesta perayaan Natal yang akan menjadi pesta terakhir untuknya, meskipun saat itu sedang musim panas. Takumi merasa ganjil dengan sikap Mio itu. Namun tetap memenuhi keinginannya. Seusai pesta, Mio mengaku pada Takumi bahwa dia sudah melihat buku bergambar itu, dia sudah tahu dia akan kembali setelah musim hujan berakhir. Mio mengatakan keinginannya untuk terus bersama mereka, tapi tak bisa berbuat apapun untuk melawan takdir. Takumi menguatkannya, dia ingin percaya mungkin akan ada keajaiban lagi yang membuat Mio bisa tetap bersamanya. Malam itu, Mio meminta cincin pernikahan mereka yang sudah disimpan lama oleh Takumi dalam kotak musik dipakai lagi. Mio dan Takumi kembali menyematkan cincin itu ke jari manis pasangan masing-masing, seperti saat pernikahan dulu. Mio bahagia sekali malam itu.

Dan saat hari itu tiba, Takumi, Yuji, maupun Mio tak bisa mengelak dari nasib. Mio pergi, meninggalkan cincin pernikahan di dalam genggaman Takumi. Mio meninggalkan Takumi dan Yuji untuk kedua kalinya, dan untuk selama-lamanya. Sebelum itu, Mio meninggalkan buku hariannya pada sang ibu, yang kemudian diberikan pada Takumi. Dalam buku harian itu, terungkap sudah bahwa sejak dulu yang dicintai Mio hanya Takumi.

Dalam kisah perjalanan cinta mereka yang ditulis dalam buku harian, suatu hari saat mereka bertemu lagi setelah dewasa, Mio mengalami kecelakaan. Dia mengalami koma. Dan saat itu, Mio bermimpi bertemu Takumi dan Yuji di rumah tua di tengah hutan. Itulah Mio yang hilang ingatan. Takdir membawanya ke masa depan. Saat Mio jatuh cinta pada Takumi, itu adalah cinta pertamanya. Saat Takumi menciumnya, itu adalah ciuman pertamanya. Dan saat Takumi memasangkan cincin pernikahan di jari manisnya, itu adalah momennya yang pertama. Saat tersadar dari koma, Mio telah mengetahui takdirnya. Dia akan meninggal saat anaknya berusia 6 tahun. Tapi Mio tahu, yang akan membuatnya bahagia hanya Takumi. Makanya dia tetap memilih jalan hidup bersama Takumi. Walau terlahir kembali sampai berapa kalipun, jalan hidup yang dipilihnya akan tetap satu, Takumi.


Mio beristirahat dengan tenang di "Akaibu Star"


Owh its absolutely sweet~~! Bagian-bagian di episode terakhirnya nyentuh banget. Sampe berkaca-kaca tuh mata gue. Cerita yang bagus banget! Gue pasti kasih sepuluh jempol kalo punya xD

Alurnya ceritanya sih emang lambat. Tapi ngalir banget dan tiap inchi perasaan tokoh-tokohnya—terutama Mio, tergambarkan dengan sangat jelas. Di sini nggak cuma ada hangatnya hubungan percintaan antara dua sejoli, tapi juga hubungan ibu dan anak. Intinya, hubungan keluarga dalam cerita ini terasa sangat menyentuh. Yang paling nyentuh sih buat gue ya perasaan cinta si Mio ini. Pas dia bilang, “Sampai berapa kalipun aku terlahir ke dunia ini, aku akan tetap memilih jalan yang sama.” Maksudnya dia tetep bakalan mencintai Takumi, walaupun dia tahu akhirnya akan mati. Aih~~

Akting para pemainnya keren-keren banget nih. Mimura (yang juga main di Zeni Geba bareng Matsuyama Kennichi) piawai banget bawain karakter Mio. Mukanya polos, tapi nggak berlebihan, dan cocok banget memerankan sosok ibu yang cinta anaknya. Kalo Narimiya Hiroki sih jangan ditanya, emang udah dewa. Gue ikutan mau nangis juga pas adegan dia nangis di gudang, ekspresi mukanya itu lho! Dan kasih jempol dua buat si kecil Takei Akashi-kun. Imut banget deh, masih kecil udah pinter akting ♥. Kalo liat perannya, di sini kan Yuji adalah anak umur 6 tahun yang cukup cerdas—masa bisa sekongkol sama bapaknya buat simpen rahasia. Menurut gue Akashi-kun cocok nih memerankan Conan xD (tapi mungkin karakternya terlalu dewasa yaa). Ah pokoknya gue nge-fan nih sama si kawaii ini.

Buat yang kalian yang suka dorama bertema keluarga (non komedi yaa), gue saranin nonton Ima Ai ni Yukimasu. Ada juga versi filmnya, tapi gue belom nonton (susah nyari DVD-nya bro!). Bisa ditonton bareng keluarga juga nih, karna pesannya nyampe ke semua umur. Tapi gue kasih warning juga, ada dua adegan kissing, nggak vulgar sih, biasa aja (haha). Nontonnya makin mantap, soalnya theme songnya Kizuna by Orange Range lho! Belom tahu lagunya? Jiah… ke mana aja, neng?


data source:
pic from:
indowebster
gatopardos.com
d-addicts.com
doramaniacs.com
peniko.livejournal.com

2.20.2011

Perfume: The Story of a Murderer

Diposting oleh mii di 00.36 0 komentar
Tentang seorang pemuda berbakat nan genius yang punya obsesi gila. Dengan bakat yang dimilikinya sejak lahir, dia merasa menjadi makhluk yang paling istimewa, dan dengan bakatnya dia terobsesi menciptakan hasil karya luar biasa yang tidak akan pernah tertandingi oleh karya manapun.

Pemuda itu bernama Jean-Baptiste Grenouille. Di kota Paris yang penuh dengan bermacam-macam bau, dia justru lahir tanpa bau tubuh. Yang membuatnya semakin istimewa adalah indera penciuman yang lebih tajam dari manusia manapun. Dia mampu mengingat ribuan—bahkan jutaan aroma. Grenouille tak perlu menggunakan mata, dia mampu melangkah dalam gelap sekalipun hanya dengan petunjuk bau yang diresapi hidung-ajaibnya.

Grenouille tahu hidungnya memiliki keistimewaan. Semenjak menguasai seni meramu parfum dari seorang ahli parfum ternama di Paris saat itu, Grenouille mulai terobsesi untuk menciptakan parfum yang aromanya tidak akan pernah tertandingi oleh parfum manapun. Dia tahu aroma apa yang akan menyempurnakan parfumnya. Aroma perawan!

Patrick Süskind merangkai cerita Si Kutu Psikopat ini (begitu dia menyebut sang genius) dalam plot-plot yang mengalir. Dikisahkan mulai dari awal hidup Grenouille, bagaimana dia tumbuh, bagaimana bakatnya berkembang, sampai pada puncak kegilaan si genius. Semua dituturkan dalam diksi yang sangat kaya akan imajinasi namun rasional. Pikir deh betapa cerdasnya Süskind saat mendeskripsikan bagaimana aroma bayi (saya sendiri nggak tahu kalau manusia itu punya aroma-aroma tertentu—seperti susu atau keju basi, misalnya). Di sini seolah Süskind membuat kita percaya bahwa aroma bayi adalah seperti bau karamel. Itu hanya salah satu contoh dari diksinya tentang bau-bauan. Belum lagi saat dia mendeskripsikan aroma perawan. Mungkin bahasa yang dipakainya terlalu sensasional. Namun begitu, kita jadi paham bagaimana seorang Grenouille yang diberkahi indera penciuman (yang bisa dikatakan) “sempurna” tergila-gila hingga membuatnya terobsesi untuk menjadikannya parfum. Man! Saya sangat menyukai pembentukan karakter Grenouille. Süskind menuliskannya dengan begitu apik, jelas; perlahan-lahan hingga menjadi karakter utuh yang kuat.

Secara keseluruhan, Perfume bisa dikatakan bagus. Apalagi novel ini sudah menjadi international bestseller. Menurut saya, ceritanya bisa lebih menarik jika sang penulis tidak hanya menekankan kejeniusan-menyimpang Grenouille saja. Plot-plot perburuan-perawan kurang mendapat sentuhan yang lebih kuat. Harusnya di sini yang menjadi puncak kengerian buku ini. (Tapi sebenarnya dengan yang sudah ada saja saya sudah cukup bergidik ngeri xD). Süskind mengakhiri cerita dengan cukup bijaksana. Yah… mungkin jauh dari yang saya harapkan. Namun cukup pantas menjadi akhir kisah dari seorang genius-menyimpang seperti Grenouille. Sebuah akhir yang tidak akan pernah kau sangka-sangka. So, don’t you stop reading till the last page!


pic from dastanbooks.com

5.14.2011

Pembunuhan di Sungai Nil — Death on The Nile

Diposting oleh mii di 09.05 0 komentar
Linnet Ridgeway adalah wanita muda yang hidupnya nyaris sempurna. Dia kaya, punya wajah dan tubuh menawan, sehat, dan terkenal. Namun tidak semua orang menyukainya. Banyak wanita-wanita lain di dunia yang iri padanya. Sehingga meski dipuja, Linnet juga dikelilingi oleh orang-orang yang memendam rasa benci.

Terlebih-lebih oleh Jacqueline de Bellefort, seorang teman akrab Linnet. Gadis ini sakit hati dan kecewa setengah mati pada Linnet, setelah tunangannya yang bernama Simon Doyle 'direbut' oleh sahabatnya itu. Linnet menikahi Simon, padahal Simon hanya seorang pemuda miskin. Linnet juga tahu bahwa Jackie cinta mati pada Simon. Tapi gadis itu tak peduli.

Setelah menikah, Linnet dan Simon berbulan madu ke Mesir. Mereka mengikuti tur di atas Sungai Nil dengan sebuah kapal mewah. Seharusnya ini adalah saat-saat membahagiakan untuk Linnet. Tapi tidak. Di sana mereka bertemu Jackie. Gadis itu meneror dengan mengikuti pasangan pengantin baru itu ke manapun mereka pergi. Jackie juga membawa pistol, mengancam akan menembak kepala Linnet. Hercule Poirot yang kebetulan ikut dalam tur tersebut, dimintai tolong oleh Linnet untuk menyelesaikan masalahnya. Setelah mendengar keluh-kesah Linnet, Poirot kemudian menemui Jackie dan menasihatinya. Namun Jacki tidak mau dengar. Dia tetap akan melakukan teror itu, dan suatu saat pasti akan menembak kepala Linnet.

Suatu malam, saat Poirot merasa ngantuk sekali sehingga dia cepat tidur, terjadilah insiden pertengkaran antara Simon dan Jackie. Gadis itu dalam keadaan mabuk menembak kaki Simon. Setelah itu terjadi, dia seolah jadi gila, dan menyesali perbuatannya. Dan pada pagi harinya, Linnet ditemukan tewas di kabinnya, dengan luka tembak di kepala. Di dinding dekat dia berbaring, tertulis huruf J dengan darah. Saat Poirot memeriksa jari Linnet, ada darah di sana. Mungkinkah ucapan yang pernah dikatakan Jackie bahwa dia ingin membunuh Linnet itu benar-benar dilakukannya?

Dan Mosieur Hercule Poirot mulai beraksi...

Satu lagi misteri yang sangat mengesankan dalam buku Madam Christie. Kali ini bukan lagi di London, melainkan Mesir. Dengan setting tempat yang tidak biasa, sambil mengikuti alur ceritanya aku berasa terlibat dalam tur di atas Sungai Nil itu. Mengesankan! (jadi pengen ke Mesir juga).

Diawali dengan plot yang terpisah-pisah, setting yang berbeda, serta tokoh-tokoh yang berbeda pula. Di masing-masing plot, setiap tokoh punya latar belakang berbeda-beda namun masih tetap terhubung dengan benang merah cerita ini; Linnet Ridgeway. Di cerita ini terlibat banyak tokoh yang awalnya (jujur) bikin aku bingung. Tapi di situlah hebatnya Madam Christie, dia mampu menciptakan karakter yang nggak sama satu dengan yang lainnya. Walaupun satu tokoh itu perannya nggak begitu penting, tapi tokoh itu punya satu ciri yang bisa membuatnya beda dari karakter lain. Salah satu yang membuat aku kagum sama Madam Christie. Dan kurasa hampir semua bukunya melibatkan banyak tokoh (sejauh yang udah pernah kubaca).

Berikutnya, aku masih suka sama cara Madam Christie mendeskripsikan tokoh-tokohnya, terutama Hercule Poirot. Trademark-nya tetap bertahan; lelaki kecil/pendek, kumisnya yang luar biasa (lebat dan melengkung ke atas dengan unik), matanya yang (melebar) seperti mata kucing, lincah, dan satu yang paling utama—sikap sombongnya yang luar biasa.

Kembali ke cerita, seperti buku-buku Madam Christie yang sudah-sudah, akhir dari misteri pembunuhan ini nggak pernah bisa ketebak atau disangka-sangka. Selalu di luar dugaan. Seorang tokoh yang rasanya mustahil atau (sengaja) diposisikan pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk dijadikan tersangka, pada akhirnya dialah pelakunya. Dan lagi, dalam misteri kali ini nggak hanya terpaku pada satu pembunuhan, ada dua pembunuhan menyusul yang bikin jantung berdebar!

Penasaran? Buruan baca. Atau sudah? Mau berdiskusi? :)


gambar: gpu.co.id

5.08.2011

RED CLIFF, an Awesome Epic War Film!

Diposting oleh mii di 01.36 0 komentar

Entah kenapa ada yang menarik banget dari film ini. Padahal sebelumnya aku jarang nonton film kolosal—apalagi Cina, karena emang nggak suka. Tapi waktu pertama liat film ini tayang di sebuah stasiun TV nasional kita (yang part 1), itu saluran nggak aku ganti. Awalnya sih karna liat muka Takejii (Kaneshiro Takeshi) di situ xD. Tapi jujur bukan cuma karna itu. Semakin lama aku tonton, emang banyak hal-hal yang menarik di sana.

Red Cliff mengisahkan perang yang terjadi di masa akhir Dinasti Han (208-209 M). Dimulai oleh pasukan Perdana Menteri Cao Cao (Zhang Fengyi) yang menyerang wilayah barat yang dikuasai Liu Bei (Anda Yong). Pertempuran itu dimenangkan oleh Cao Cao, sehingga Liu Bei dan rakyatnya tepaksa mengungsi dan meminta perlindungan pada wilayah timur Wu. Kemudian atas saran Zhuge Liang (Kaneshiro Takeshi), penasihat Liu Bei, koalisi terjalin antara Liu Bei dengan pemimpin wilayah timur, Sun Quan (Chang Chen). Mereka sepakat beraliansi untuk menyerang Cao Cao, dan pasukan mereka dipimmpin oleh jendral serta panglima hebat, Gan Xing (Nakamura Shido) dan Zhou Yu (Tony Leung). Karena jumlah prajurit mereka terlalu sedikit dibandingkan pasukan Cao Cao, Zhuge dan Zhou harus membuat strategi jitu untuk mengalahkannya. Termasuk mengirim Sun Shangxiang (Vicky Zhao), adik Sun Quan, untuk menjadi mata-mata di wilayah musuh.

Di tengah cerita, diketahui bahwa penyerangan Cao Cao di Jurang Merah adalah karena wanita. Cao Cao memiliki sebuah lukisan wanita cantik di ruangannya, dan ternyata lukisan itu adalah Xiao Qiao (Lin Chi-ling), istri Zhou Yu. Sehingga sebelum perang di atas Sungai Yangtse itu dimulai, Xiao Qiao datang menemui Cao Cao (tanpa sepengetahuan suaminya) untuk memintanya menghentikan perang. Tapi Cao Cao berkilah bahwa ambisinya bukan karena wanita itu. Dia akan tetap berperang, karena pertempuran itu mengorbankan kehormatan dirinya. Dalam pertempuran kali ini, angin menguntungkan pasukan Zhou Yu. Pasukannya menyerang dengan api, dan membakar habis pasukan Cao Cao. Perdana Menteri itu kalah, dan diusir dari wilayah itu. Zhou Yu dengan besar hati tidak menghukum mati dirinya, karena bukan kekuasaan yang diincarnya.

Film ini mengingatkan aku pada film kolosal juga, Troy. Sama-sama film perang, dan sama-sama menayangkan strategi perang yang luar biasa. Tapi buatku, taktik yang dipake sama para sesepuh bangsa Cina di film ini lebih keren dan lebih cerdas. Kalo Troy terkenal dengan taktik Trojan Horse untuk menembus benteng Kerajaan Troya, nah di Red Cliff pake taktik angin untuk menaklukan pasukan Perdana Menteri Cao Cao. Nggak hanya itu, masih banyak taktik-taktik lain yang bikin kita mangap kagum. Seperti taktiknya Zhuge Liang untuk mendapatkan 100.000 panah musuh. Trus taktik pertahanan yang dipake Zhou Yu waktu diserang pasukan Cao Cao di wilayahnya, padahal Zhuge Liang sempat mencibir kalo itu taktik kuno. Ternyata berhasil, dan malah mampu memukul mundur pasukan Cao Cao.

Selain strategi-strategi cerdas itu, banyak juga nilai-nilai humanis dan patriotis dalam film ini. Seperti kita bisa mengenal bagaimana budaya bangsa Cina lewat seni minum teh yang ternyata memiliki makna khusus. Kemudian seni bermusik yang bisa menjadi media komunikasi antara yang satu dengan yang lainnya, seperti dalam adegan di part 1 antara Zhuge Liang dan Zhou Yu saat memetik alat musik mereka (aduh saya nggak tau namanya, mungkin kalo di Jepang semacam koto, kalo di Indo ya kecapi gitu deh). Dan semangat patriotisme yang muncul bisa dilihat dari perjuangan rela mati dari masing-masing pasukan. Meski begitu, film ini juga memuat unsur cinta damai. Kekuatan serta kekuasaan yang diibaratkan bagai sebilah pedang yang menghunus, tidak lebih indah dari kedamaian. Makanya film ini ditutup dengan klimaks yang bagus, yang menggaris-bawahi sebuah perdamaian; Zhou Yu datang bersama istrinya Xiao Qiao membawa Mengmeng yang telah besar (kuda yang dulu proses kelahirannya yang sungsang dibantu Zhuge Liang) ke padang rumput, dan memberikannya pada Zhuge Liang untuk dilepaskan. Sebelum berpisah Xiao Qiao berkata, “Jangan jadikan Mengmeng sebagai kuda perang ya!” Akhir sebuah film perang yang indah banget!

Dan aku paling suka dan paling tersentuh sama adegan di mana Cao Cao berhasil dikalahkan. Tapi saat itu yang dikatakan Zhou Yu adalah, “Tidak ada kemenangan di sini.” Jelas banget bahwa inti dari perang itu bukanlah perebutan kekuasaan, tapi lebih kepada mempertahankan kedamaian. Karena bagaimanapun alasannya, perang hanya meninggalkan kehilangan dan kepedihan atas orang-orang yang jadi korban.

Sang sutradara, John Woo, mengatakan isi cerita Red Cliff ini nggak sepenuhnya berdasarkan sejarah, cuma 50%-nya aja. Selebihnya adalah improvisasi dari si sutradara sendiri. Woo memutuskan mengubah cerita dengan mencampurkan perasaan modern dan perasaannya sendiri untuk kesan yang lebih menduniawi. Menurutnya, akurasi sejarah tidaklah lebih penting ketimbang perasaan penonton tentang pertempuran. Aku rasa teori John Woo berhasil. Dari benang merah sejarah pertempuran di Jurang Merah, film ini semakin kaya dengan pencampuran drama hasil olahan Woo, sehingga memberi kesan warna-warni dalam film ini. Nggak melulu tentang pertumpahan darah; ambisi terhadap kekuasaan, tapi juga dihiasi unsur drama yang lebih humanis dan nggak monoton.

Satu film bagus buatmu yang mungkin belom nonton Red Cliff!



sumber: wikipedia

5.01.2011

Di Dapur

Diposting oleh mii di 00.04 0 komentar
Seperti kata seorang temanku, semua yang kita lewati dalam hidup ini nggak ada yang sia-sia. Setuju banget sama dia. Karena memang apapun yang diciptakan Allah, apapun yang terjadi atas kehendak-Nya, nggak ada yang sia-sia, semua ada hikmahnya.

Nah, salah satunya adalah kisah hidupku sendiri. Sampai saat ini aku merasakan yang namanya susahnya mendapatkan pekerjaan. Apalagi di kota besar macam Jakarta. Ini jadi cobaan yang berat buat aku. Alhamdulillah Allah masih memberiku kekuatan untuk nggak berhenti ikhtiar dan terus berpikir optimis. Ya seperti kataku tadi, nggak ada yang sia-sia, karna semua ada hikmahnya. Aku belum juga dapat pekerjaan. Nah salah satu hikmahnya aku ada di rumah adalah bantu-bantu orang tua, terutama Mama.

Belakangan ini aku rajin bantuin Mama di dapur. Jujur, aku sama sekali malas masak. Yang selalu ada di pikiranku itu makan, makan, dan makan aja. Aku malas kalo udah dilibatkan dengan urusan-urusan bikin repot di dapur. Tapi karena merasa jenuh juga tanpa kerjaan penting di rumah, akhirnya kuputuskan untuk menengok kegiatan Mama di 'kantor'-nya. Walaupun nggak bisa masak, seenggaknya aku bisa bantu motong-motongin sayuran, atau ngupasin bawang, atau numis bumbu, yah kerjaan-kerjaan ringan gitu. Lama-lama kunikmati juga 'kerepotan' ini.

Setelah aku rajin ngerecok di dapur, aku mulai hapal bumbu-bumbu beberapa jenis masakan (lumayan lah), aku juga mulai bisa masak beberapa sajian (yang pastinya nggak susah-susah amat masaknya xD), selain itu aku juga tau gimana caranya mencuci sayur yang benar. Pokoknya banyak yang aku dapat. Apalagi masak itu kan hal yang rasanya wajib dikuasai cewek. Kita kan nggak selamanya hidup sama orang tua, nggak selamanya dibantuin pembantu. Lagian di mana-mana yang namanya suami pasti lebih suka seorang istri yang jago masak. Iya toh? Walaupun nggak sejago Farah Qiunn, seenggaknya bisa menyajikan sesuatu yang enak dimakan.

Selain itu, selama aku di dapur, aku sadar lebih punya banyak waktu buat ngobrol sama Mama. Mulai dari soal keluarga, soal lingkungan rumah, harga barang (biasa ibu-ibu), masa depan, atau hal apapun yang biasa dibincangkan ibu dan anak perempuannya. Kami punya lebih banyak kesempatan untuk berbagi, saling mengenal lebih dalam... Intinya waktu-waktu kami yang terbuang di dapur dapat membuat aku dan Mama jadi lebih dekat.

Terbukti kan? Nggak ada yang sia-sia di dunia ini!

3.05.2011

Aozora ni...

Diposting oleh mii di 21.45 0 komentar
Karna hari ini cuacanya lagi bagus, warna langit Jakarta juga lagi indah-indahnya. Langsung gue ambil kamera, jepret-jepret! Sebenernya gue tertarik sama bentuk-bentuk awannya, subhanallah bagus-bagus pisan euy!

Gambar-gambar ini gue ambil dari balkon, jadi wajar aja angle-nya terbatas. Kalo mandangin ke atas terus, kebayang lagunya Rie Fu yang judulnya I Wanna Go to a Place. Damai banget~








My Boss My Hero

Diposting oleh mii di 05.04 0 komentar


Title: マイ★ボス マイ★ヒーロー
Title (romaji): My Boss, My Hero
Format: Renzoku
Genre: School drama, comedy
Episodes: 10
Broadcast period: 2006-Jul-08 to 2006-Sep-16
Theme song: Sorafune by TOKIO

Cast:
Nagase Tomoya as Sakaki Makio
Tegoshi Yuya as Sakurakoji Jun
Tanaka Koki as Manabe Kazuya
Aragaki Yui as Umemura Hikari
Murakawa Eri as Hagiwara Saki
Kikawada Masaya as Sakaki Mikio
Osugi Ren as Kuroi Teruyuki
Ichimura Masachika as Sakaki Kiichi


Dari judulnya mungkin kedengeran kurang menarik, but like people said “don’t judge the book by it cover.” Nah! Jangan komentar dulu sebelum nonton isinya!

Bercerita tentang seorang pewaris bisnis yakuza bernama Sakaki Makio yang harus kembali jadi anak kelas tiga SMA karena kebodohannya yang nggak ketulungan. Kegagalannya dalam bertransaksi dengan mafia Hongkong membuat ayahnya yang juga sang bos besar mengirimnya ke SMA St. Agnes. Makio nggak bisa menolak, karena hanya dengan lulus dari sekolah itu dia bisa menduduki jabatan bos ketiga dalam generasi keluarganya.

Pewaris klan yakuza terpaksa kembali ke sekolah


Ceritanya nggak semata-mata penuh kekerasan dan dunia gelap yang identik sama yakuza. Justru dorama ini banyak menampilkan adegan-adegan kocak yang bisa bikin penonton nggak bisa berhenti ketawa (saya banget deh! XD). Hal ini didukung oleh situasi Makio yang aslinya cowok dewasa berusia 28 tahun, harus nyamar jadi pelajar berusia 17 tahun dan menyesuaikan diri dengan anak-anak lain seusia itu. Tentu aja itu nggak gampang. Makio harus bersikap layaknya remaja. Dia bahkan jatuh cinta sama cewek temen sekelasnya, Umemura Hikari. Bayangin aja, bos muda yakuza yang disegani banyak orang, yang bisa dengan gampang dapetin cewek-cewek host club, tapi grogi setengah mati berhadapan sama cewek 17 tahun yang dia suka, apalagi dia sampe frustasi waktu ditolak!

selalu menunjukkan wajah aneh buat nakutin guru


berteman (dengan terpaksa) sama Sakurakoji a.k.a Sakura-"ano toka"


kencan sama Umemura Hikari *prikitiiew* lol


Diadaptasi dari drama Korea dengan judul yang sama, dan sekilas agak mirip Gokusen. Benang merahnya hampir sama yaitu seorang yakuza yang menyusup ke dalam sekolah. Hanya saja, pesan yang disampaikan jauh berbeda. Dorama ini lebih mengangkat nilai dari arti penting sebuah sekolah dan masa muda. Di sekolah, kita nggak cuma diajarin pelajaran tentang ilmu pasti, sejarah, atau materi apapun yang bikin pusing kepala. Banyak hal yang bisa didapet, kayak cinta, persahabatan, dan semangat berjuang masa muda. Pahit dan sakit yang dirasain adalah bagian yang harus kita lewati, karena hidup nggak hanya berisi kesenangan aja. Dengan perjuangan gigih dan kerja keras, kita bisa meraih apapun yang kita impikan, kendati pun di awal itu kelihatannya sulit.

Seperti pada saat Makio harus berlari dan bersaing dengan murid-murid lain hanya demi mendapatkan satu cup pudding yang dijual terbatas. Nggak seperti dia saat jadi bos, yang bisa dengan gampangnya mendapatkan apapun yang dia mau karena punya bawahan yang bisa melakukan apa aja untuknya. Tapi selama jadi siswa, Makio harus meraih apa yang dia mau dengan usaha sendiri. Dari situlah dia akhirnya tahu apa arti perjuangan dan kerja keras.

harus adu jotos


akhirnya... cup terakhir!




Hm, abis nonton ini saya jadi pengen kembali ke sekolah. Kangen sama suasananya, kangen sama temen-temen!



data from:
pics from:
en.wikipedia.org
tenipuri-hunter.blogspot.com
dramacrazy.net
dumbotaku.com
listal.com

3.01.2011

24 Wajah Billy

Diposting oleh mii di 22.45 0 komentar
Dua puluh empat orang hidup dalam satu tubuh. Percayakah? Membayangkannya saja mungkin nggak pernah…

Tapi ini benar-benar nyata, dialami oleh seorang pemuda Amerika bernama William Stanley Milligan. Dalam tubuh Billy—nama kecilnya—hidup 23 “orang” yang berbeda. Masing-masing pribadi itu memiliki karakter yang berbeda, keterampilan dan bakat yang berbeda, keinginan dan ambisi berbeda, serta kelemahan yang berbeda.

Ada Arthur, si pemuda Inggris yang angkuh dan cerdas, yang lebih sering menjadi pemimpin. Ragen, pemuda asal Yugoslavia, bertubuh kuat dan ahli menggunakan senjata, cinta anak-anak dan tidak bisa menyakiti wanita. Allen, si pintar bicara, yang selalu mengambil peran saat Billy berinteraksi dengan “dunia luar”. Tommy, remaja yang suka bicara kasar dan antisosial, hanya tertarik pada elektronika dan jago melepaskan diri dari segala ikatan dan kunci. Adalana, cewek lesbian yang suka memasak dan beres-beres rumah. Kevin, perencana perampok toko obat. Philip, si penjahat kelas teri. Serta pribadi-pribadi lain yang masing-masing berbeda usia dan karakter.

Semua pribadi itu terpisah menjadi dua bagian: tokoh yang diinginkan dan yang tidak diinginkan. Itu istilah yang dipakai Arthur. “Orang-orang” yang tidak berguna dan kehadirannya hanya merugikan dicap sebagai “tokoh yang tidak diinginkan” dan tidak boleh menempati kesadaran untuk selama-lamanya. Arthur mendeskripsikan kesadaran atau yang biasa dia sebut dengan “tempat utama” sebagai panggung yang disoroti cahaya lampu. Siapapun tokoh yang berdiri dalam sorot cahaya lampu itu, adalah tokoh yang menguasai kesadaran dan berhadapan dengan dunia luar.

Billy tak menyadari kehadiran 23 “orang” itu dalam dirinya. Dia hanya merasa selalu kehilangan waktu dan tidak tahu apa yang sudah dia lakukan, seolah tidur sambil berjalan. Setiap kali dia membuka mata, orang-orang di sekelilingnya marah, kemudian menghukumnya atas kesalahan yang (dia rasa) tidak dilakukannya—karena saat melakukan kesalahan itu yang menguasai kesadaran adalah tokoh lain. Ini membuat kondisi kejiwaan Billy semakin memburuk. Dia bahkan beberapa kali mencoba bunuh diri, karena Billy pikir dirinya bisa membahayakan orang lain tanpa dia sadari.

Karenanya Arthur mengambil alih. Para tokoh dalam tubuh Billy sepakat menidurkan Billy (sosok inti pemilik tubuh), untuk mencegah percobaan bunuh diri lagi. Dan selama kurang lebih 7 tahun para tokoh itu bergantian menempati “tempat utama” untuk bertahan hidup. Kesempatan mereka di tempat utama digilirkan sesuai keadaan dan keterampilan masing-masing. Yang wanita bertugas membereskan rumah dan memasak, anak-anak boleh bermain dan mengasah bakat masing-masing, dan yang kuat melindungi di saat bahaya. Mereka sudah seperti sebuah “keluarga”—yang hidup dalam satu tubuh. Untuk menjaga rahasia keberadaan mereka dari dunia luar, tiap pribadi harus tetap menyahut meskipun dipanggil dengan nama “Billy”.

Namun keteraturan itu tidak berlangsung lama. Ada masa-masa dimana mereka mengalami “campur baur”, dan ini disebut “masa kacau balau”. Tokoh-tokoh yang menguasai kesadaran masuk silih-berganti tanpa bisa dikendalikan oleh Arthur maupun Ragen. Dan saat masa ini berlangsung tiap tokoh sulit berkomunikasi dengan tokoh lainnya, membuat situasi semakin tak terkendali, sehingga para “tokoh yang tidak diinginkan” mencuri kesempatan dan memungkinkan terjadinya tindakan kriminal yang susah payah mereka hindari.

Kasus perampokan dan pemerkosaan 3 wanita dari Ohio State University (OSU) menyeret Billy ke penjara. Selama proses penyelidikan, tidak sedikitpun Billy mengaku, selain bersikap ganjil dengan berkelakuan seperti anak kecil. Dan pada kesempatan lain Billy berkata-kata kurang ajar menghina para polisi, kemudian menjadi pemuda ketakutan dan linglung dengan lutut gemetar. Semua tingkahnya itu dianggap sandiwara, karena bukti-bukti yang ditemukan di apartemennya menguatkan tuduhan itu. Namun sikapnya yang ganjil mengundang rasa penasaran pengacaranya. Atas permintaan pengacara itu, dilakukan pemeriksaan terhadap kejiwaan Billy oleh seorang psikolog. Dan sejak saat itu terungkaplah bahwa tersangka perampok dan pemerkosa, Billy Milligan, adalah seorang berkepribadian ganda!

Buku 24 Wajah Billy ini adalah karya yang ingin dibuat oleh Billy sendiri, yang ditulis oleh Daniel Keyes. Setelah Billy mencapai tahap terfusi (peleburan seluruh karakter menjadi satu), dia ingin masyarakat tahu bagaimana penderitaannya selama ini.

“Orang-orang” yang hidup dalam tubuh Billy tidak selamanya merugikan orang lain. Mereka memiliki pengalaman mengesankan; yang menyenangkan, yang lucu (sampai membuat aku ketawa karena tingkah salah satu tokoh), sampai pengalaman yang mengharukan. Banyak dari karakter itu yang bersifat dasar pemurah dan baik hati terhadap orang lain, terutama Ragen. Dia seperti Robin Hood, pernah merampok seorang parlente dan menyerahkan uang hasil rampokannya pada dua orang anak gelandangan. Tommy juga pernah sungguh-sungguh mencintai seorang gadis. Allen bahkan pernah mengubah nasib napi anak-anak tertindas di suatu lembaga pemasyarakatan untuk anak-anak dengan mengajukan protes pada petingginya soal peraturan di sana. Beberapa di antara tokoh itu pandai melukis, dan hasil penjualan lukisannya disumbangkan pada sebuah lembaga perlindungan anak dari kekerasan.

Penulisnya, Daniel Keyes, secara rinci menjabarkan kisah sang pemuda berkepribadian ganda ini. Seluruhnya dijabarkan berdasarkan fakta yang ada dan sesuai kronologi. Di dalam buku ini, kita akan mengerti bagaimana menderitanya Billy menjalani hari-hari sebagai tersangka kasus perampokan dan pemerkosaan. Serta keinginannya untuk sembuh dan hidup normal layaknya manusia lainnya.

Buku yang sangat aku rekomendasiin buat kamu baca. Membuka wawasan, dan membuka cara pandangmu terhadap orang-orang seperti Billy, bahkan terhadap dirimu sendiri!

2.25.2011

Gokusen the Movie: Sweet Reunion

Diposting oleh mii di 04.48 0 komentar


Buat yang udah nonton Gokusen 1 sampe 3, pasti udah paham cerita Gokusen itu sendiri seperti apa. Yaitu tentang guru SMA yang identitas aslinya adalah putri penerus sebuah keluarga yakuza. Yamaguchi Kumiko a.k.a Yankumi harus menghadapi murid-murid super bandel dari kelas 3D.

Nah, di Gokusen the Movie ini ceritanya nggak jauh-jauh. Masih seputar kelanjutan kisah Yankumi (Nakama Yukie) sebagai guru matematika di SMA Akado, masih juga jadi wali kelas 3D (yang juga masih dihuni anak-anak berandalan). Yang berbeda, di sini Yankumi bertemu murid-muridnya dulu.

Tanpa disangka-sangka, Odagiri Ryu (Kamenashi Kazuya) datang ke SMA Akado menjadi guru magang. Odagiri mendapat tugas mengajar di kelas 3D, mendampingi Yankumi. Mereka bersama-sama menghadapi murid-murid yang sudah terkenal bengal. Sama seperti jalan cerita di Gokusen dorama, anak-anak itu mendapat serangan dari geng berandal luar sekolah. Kemudian masalah berlanjut pada pertikaian yang ujung-ujungnya diselesaikan oleh Yankumi. Kali ini dia dibantu Odagiri. Dalam menghadapi murid-murid barunya, Odagiri teringat pada dirinya dan kawan-kawannya di masa lalu. Dia dulu sama seperti murid-muridnya itu. Saat menasehati kelas 3D, dia seolah menasehati diri sendiri. Ini membuatnya semakin dewasa.

Yankumi-sensei to Odagiri-sensei. Nggak nyangka guru-murid jadi rekan kerja.


Bukan hanya Odagiri, Yankumi juga bertemu lagi dengan mantan murid-muridnya yang lain dari SMA Akado—dari Gokusen 3, seperti Kazama Ren (Miura Haruma), Honjo Kengo (Ishiguro Hideo), Ogata Yamato (Takaki Yuya), dan teman-teman se-geng-nya di kelas 3D dulu. Mereka tidak sengaja bertemu saat makan di kedai ramen Kuma (Waki Tomohiro). Yankumi kepergok makan bersama pemuda tampan (si Odagiri), dan menyangka mereka berkencan. Saat Yankumi menjelaskan bahwa pemuda itu mantan muridnya juga, anak-anak itu lega, karena mereka beranggapan Yankumi tidak mungkin punya pacar, apalagi tampan. Makanya itu membuat Yankumi marah besar. Dia sudah mengamuk kalau saja Odagiri tidak menahannya. Dan reuni Yankumi lainnya dengan Takeda Keita (Koike Teppei) dan Hyuuga Kosuke (Koide Koisuke) saat sedang menonton orasi seorang calon politikus.

Plot berkembang dengan kasus yang menimpa Kazama Ren. Dia menjadi buronan polisi karena dituduh terlibat dalam organisasi pengedar narkoba. Kabar ini sampai ke ruang guru SMA Akado, membuat Yankumi lagi-lagi harus terlibat. Yankumi dan Odagiri bersama teman-teman Kazama berusaha menemukannya. Saat Yankumi menghubunginya lewat telepon, Kazama tidak mau menjawab teleponnya. Terakhir, yang menemukannya adalah Odagiri, di kelas 3D. Odagiri berusaha menahannya sebelum melarikan diri lagi, kemudian menasihatinya.


Setelah Yankumi dan yang lain datang, Kazama bercerita bahwa dia tidak tahu kalau barang yang diantarkannya itu adalah narkoba, karena dia hanya disuruh dan dibayar. Berkat bantuan anak buah Yankumi, mereka berhasil mengetahui dalang dibalik kasus itu. Tanpa sempat dicegah, Kazama cs bertindak sendirian menangkap orang itu. Tentu saja Yankumi tidak tinggal diam. Bersama Odagiri, dia menyusul dan membantu mereka. Di tempat yang dituju, Yankumi bertemu Tsuchiya Hikaru a.k.a Tsucchi (Hayami Mokomichi) yang sudah menjadi seorang cameramen dan sedang bertugas meliput. Berkat bantuan Tsucchi, mereka membongkar tempat penyelundupan narkoba yang tersembunyi dalam gedung itu.


Ya, seperti yang udah saya ceritakan sedikit (banyak juga padahal), alur dan plotnya nggak terlalu berbeda sama dorama. Yang bikin menarik, banyak tokoh murid Yankumi di Gokusen 1-3 muncul di sini. Beberapa udah saya kasih tau. Di akhir-akhir, muncul muka-muka yang udah lama sekali seperti Narimiya Hiroki, Oguri Shun, dan Ishigaki Yuma. Sayangnya mereka cuma muncul satu kali, itupun sebentaaaar banget! Dialognya bisa kehitung.

Senangnya bisa liat Hiro-kun lagi! (>o<)0


Beberapa wajah lama...


Selain itu, pesan yang diangkat masih sama. Masih tentang persahabatan dan pencarian jati diri. Dari Gokusen 1-3 kita tau banget unsur persahabatannya dalam cerita ini begitu kuat. Selain itu, Gokusen juga mengajarkan pada kita bagaimana menghormati dan menghargai guru. Yang paling menyentuh buat saya waktu Yankumi bilang “Sampai kapanpun kalian tetap murid-muridku”. Walaupun statusnya nggak lagi sebagai orang yang mendidik dan dididik, guru tetaplah orang yang mengerti diri kita, dan akan terus menjadi teladan buat kita. Setuju nggak?

Jadi pengen punya guru kayak Yankumi…


data source:
pics from:
ainokotoba.wordpress.com
movielosophy.blogspot.com
nikpi-0409.blogspot.com
story-zephyr.blogspot.com
dramacrazy.net

2.21.2011

Ima Ai ni Yukimasu

Diposting oleh mii di 20.00 0 komentar


Title: いま、会いにゆきます
Title (romaji): Ima Ai ni Yukimasu
Also known as: Be With You / I'm coming to see you now
Genre: Romance, human drama
Episodes: 10
Viewership ratings: 11
Broadcast network: TBS
Broadcast period: 2005-Jul-3 to 2005-Sep-18
Theme song: Kizuna by Orange Range



Percaya nggak orang yang udah mati bisa hidup lagi?

Keajaiban kayak gitu pastinya sih cuma ada dalam dongeng atau film (allahualam juga sih). Seperti dalam dorama yang satu ini, Ima Ai ni Yukimasu (I’m going to see you now). Tentang seorang ibu yang hidup lagi setelah satu tahun kematiannya.

Ibu cantik itu bernama Mio. Dia meninggal entah karena sakit apa, meninggalkan seorang anak cowok yang lucu berumur 6 tahun dan seorang suami. Sebelum meninggal, Mio membuatkan Yuji (anaknya) sebuah buku bergambar. Dalam buku itu, Mio menceritakan dirinya setelah meninggal akan tinggal di Akaibu Star, dan akan kembali ke dunia setelah satu tahun di saat musim hujan.

Yuji yang masih polos tentu saja percaya. Saat musim hujan tiba, dia berlari ke rumah tua di tengah hutan tempat dia biasa bermain bersama ayah dan ibunya. Di sana, Mio benar-benar muncul, seperti janjinya dalam buku gambar. Dia hidup, sehat, dan bukan sekedar bayangan. Dia manusia. Hanya saja ingatannya hilang, Mio sama sekali tidak mengenal Yuji, Takumi (suaminya), bahkan dirinya sendiri. Meskipun masih tidak percaya, Takumi membawa Mio pulang bersama Yuji yang kelihatan senang sekali.

Takumi dan Yuji rajin berdoa di depan teruterubozu yang di gantung terbalik, agar Mio kembali saat musim hujan (seperti janjinya dalam buku gambar).


Kembalinya Mio ke rumah mungil mereka, tidak membawa kebahagiaan yang dulu pernah mereka miliki. Semuanya harus dimulai dari awal lagi karena Mio hilang ingatan. Dia tidak tahu lagu dansa bersama yang biasa dia nyanyikan dengan Yuji, dia tidak tahu bahwa Yuji alergi strawberry, dia tidak tahu pelukan erat yang selalu diberikannya sebelum Yuji berangkat sekolah. Itu membuat Yuji sedih dan marah, dia merasa Mio yang saat ini bukanlah ibunya yang asli. Mio sedih akan hal itu dan sempat ingin pergi karena merasa tidak pantas jadi ibunya. Namun setelah Takumi memberi pengertian pada Yuji tentang keadaan Mio, akhirnya Yuji sadar dan mau memberi kesempatan pada Mio untuk memahaminya lebih jauh lagi. Mio ingin menjadi ibu yang baik untuknya.


Masalah tidak hanya datang dari Yuji. Hubungan Mio dan Takumi setelah bertemu kembali pun sangat kaku, seperti dua orang yang baru pertama kali bertemu—padahal mereka suami-istri. Gerak-gerik keduanya masih canggung. Terkadang Takumi minta maaf saat tidak sengaja bersentuhan dengan Mio. Namun karena Mio tahu dia adalah istri Takumi, mereka menikah pasti karena saling mencintai dong! Karena itu Mio ingin jatuh cinta lagi padanya (aih so sweet~).


Takumi rajin menceritakan kisah mereka saat masih di bangku SMP. Tentang bagaimana dia mulai menyukai Mio, tentang usahanya untuk membuat Mio menyadari kehadirannya—dulu Mio terkesan cuek padanya dan lebih menyukai cowok lain. Dan dari cerita-cerita itu, Mio tanpa sadar mulai mencintai Takumi. Melihat perjuangannya yang begitu kuat untuk menghidupi dia dan Yuji, padahal kondisi tubuhnya sangat lemah, sampai Takumi jatuh sakit. Juga kebaikan hati Takumi, sikapnya yang begitu lembut dan membuat orang-orang di sekelilingnya tertawa, membuat Mio semakin jatuh cinta padanya. Mio sadar, berada di sisi Takumi membuatnya bahagia.

Namun di saat cinta itu berkembang, Mio mengetahui kenyataan bahwa dia sebenarnya sudah meninggal. Mio menemukan buku bergambar yang disimpan Takumi di gudang, dan tahu bahwa dia akan kembali saat musim hujan berakhir. Dia tidak bisa selama-lamanya berada di sisi Takumi dan Yuji, seperti yang diinginkannya. Dia harus pergi lagi. Meski menyakitkan, Mio tidak punya pilihan. Memang berat meninggalkan orang-orang yang kita cintai.

Saat-saat bahagia. Yang tidak akan pernah tergantikan oleh apapun.


Tapi Mio tidak ingin larut dalam kesedihan. Sebelum pergi untuk selamanya, dia mengajarkan Yuji membereskan rumah dan memasak. Mio diam-diam memesan kue ulang tahun tanpa strawberry di atasnya pada toko kue langganan mereka, yang akan diberikan pada Yuji setiap ulang tahunnya sampai tahun ke-20. Terakhir, Mio ingin membuat pesta perayaan Natal yang akan menjadi pesta terakhir untuknya, meskipun saat itu sedang musim panas. Takumi merasa ganjil dengan sikap Mio itu. Namun tetap memenuhi keinginannya. Seusai pesta, Mio mengaku pada Takumi bahwa dia sudah melihat buku bergambar itu, dia sudah tahu dia akan kembali setelah musim hujan berakhir. Mio mengatakan keinginannya untuk terus bersama mereka, tapi tak bisa berbuat apapun untuk melawan takdir. Takumi menguatkannya, dia ingin percaya mungkin akan ada keajaiban lagi yang membuat Mio bisa tetap bersamanya. Malam itu, Mio meminta cincin pernikahan mereka yang sudah disimpan lama oleh Takumi dalam kotak musik dipakai lagi. Mio dan Takumi kembali menyematkan cincin itu ke jari manis pasangan masing-masing, seperti saat pernikahan dulu. Mio bahagia sekali malam itu.

Dan saat hari itu tiba, Takumi, Yuji, maupun Mio tak bisa mengelak dari nasib. Mio pergi, meninggalkan cincin pernikahan di dalam genggaman Takumi. Mio meninggalkan Takumi dan Yuji untuk kedua kalinya, dan untuk selama-lamanya. Sebelum itu, Mio meninggalkan buku hariannya pada sang ibu, yang kemudian diberikan pada Takumi. Dalam buku harian itu, terungkap sudah bahwa sejak dulu yang dicintai Mio hanya Takumi.

Dalam kisah perjalanan cinta mereka yang ditulis dalam buku harian, suatu hari saat mereka bertemu lagi setelah dewasa, Mio mengalami kecelakaan. Dia mengalami koma. Dan saat itu, Mio bermimpi bertemu Takumi dan Yuji di rumah tua di tengah hutan. Itulah Mio yang hilang ingatan. Takdir membawanya ke masa depan. Saat Mio jatuh cinta pada Takumi, itu adalah cinta pertamanya. Saat Takumi menciumnya, itu adalah ciuman pertamanya. Dan saat Takumi memasangkan cincin pernikahan di jari manisnya, itu adalah momennya yang pertama. Saat tersadar dari koma, Mio telah mengetahui takdirnya. Dia akan meninggal saat anaknya berusia 6 tahun. Tapi Mio tahu, yang akan membuatnya bahagia hanya Takumi. Makanya dia tetap memilih jalan hidup bersama Takumi. Walau terlahir kembali sampai berapa kalipun, jalan hidup yang dipilihnya akan tetap satu, Takumi.


Mio beristirahat dengan tenang di "Akaibu Star"


Owh its absolutely sweet~~! Bagian-bagian di episode terakhirnya nyentuh banget. Sampe berkaca-kaca tuh mata gue. Cerita yang bagus banget! Gue pasti kasih sepuluh jempol kalo punya xD

Alurnya ceritanya sih emang lambat. Tapi ngalir banget dan tiap inchi perasaan tokoh-tokohnya—terutama Mio, tergambarkan dengan sangat jelas. Di sini nggak cuma ada hangatnya hubungan percintaan antara dua sejoli, tapi juga hubungan ibu dan anak. Intinya, hubungan keluarga dalam cerita ini terasa sangat menyentuh. Yang paling nyentuh sih buat gue ya perasaan cinta si Mio ini. Pas dia bilang, “Sampai berapa kalipun aku terlahir ke dunia ini, aku akan tetap memilih jalan yang sama.” Maksudnya dia tetep bakalan mencintai Takumi, walaupun dia tahu akhirnya akan mati. Aih~~

Akting para pemainnya keren-keren banget nih. Mimura (yang juga main di Zeni Geba bareng Matsuyama Kennichi) piawai banget bawain karakter Mio. Mukanya polos, tapi nggak berlebihan, dan cocok banget memerankan sosok ibu yang cinta anaknya. Kalo Narimiya Hiroki sih jangan ditanya, emang udah dewa. Gue ikutan mau nangis juga pas adegan dia nangis di gudang, ekspresi mukanya itu lho! Dan kasih jempol dua buat si kecil Takei Akashi-kun. Imut banget deh, masih kecil udah pinter akting ♥. Kalo liat perannya, di sini kan Yuji adalah anak umur 6 tahun yang cukup cerdas—masa bisa sekongkol sama bapaknya buat simpen rahasia. Menurut gue Akashi-kun cocok nih memerankan Conan xD (tapi mungkin karakternya terlalu dewasa yaa). Ah pokoknya gue nge-fan nih sama si kawaii ini.

Buat yang kalian yang suka dorama bertema keluarga (non komedi yaa), gue saranin nonton Ima Ai ni Yukimasu. Ada juga versi filmnya, tapi gue belom nonton (susah nyari DVD-nya bro!). Bisa ditonton bareng keluarga juga nih, karna pesannya nyampe ke semua umur. Tapi gue kasih warning juga, ada dua adegan kissing, nggak vulgar sih, biasa aja (haha). Nontonnya makin mantap, soalnya theme songnya Kizuna by Orange Range lho! Belom tahu lagunya? Jiah… ke mana aja, neng?


data source:
pic from:
indowebster
gatopardos.com
d-addicts.com
doramaniacs.com
peniko.livejournal.com

2.20.2011

Perfume: The Story of a Murderer

Diposting oleh mii di 00.36 0 komentar
Tentang seorang pemuda berbakat nan genius yang punya obsesi gila. Dengan bakat yang dimilikinya sejak lahir, dia merasa menjadi makhluk yang paling istimewa, dan dengan bakatnya dia terobsesi menciptakan hasil karya luar biasa yang tidak akan pernah tertandingi oleh karya manapun.

Pemuda itu bernama Jean-Baptiste Grenouille. Di kota Paris yang penuh dengan bermacam-macam bau, dia justru lahir tanpa bau tubuh. Yang membuatnya semakin istimewa adalah indera penciuman yang lebih tajam dari manusia manapun. Dia mampu mengingat ribuan—bahkan jutaan aroma. Grenouille tak perlu menggunakan mata, dia mampu melangkah dalam gelap sekalipun hanya dengan petunjuk bau yang diresapi hidung-ajaibnya.

Grenouille tahu hidungnya memiliki keistimewaan. Semenjak menguasai seni meramu parfum dari seorang ahli parfum ternama di Paris saat itu, Grenouille mulai terobsesi untuk menciptakan parfum yang aromanya tidak akan pernah tertandingi oleh parfum manapun. Dia tahu aroma apa yang akan menyempurnakan parfumnya. Aroma perawan!

Patrick Süskind merangkai cerita Si Kutu Psikopat ini (begitu dia menyebut sang genius) dalam plot-plot yang mengalir. Dikisahkan mulai dari awal hidup Grenouille, bagaimana dia tumbuh, bagaimana bakatnya berkembang, sampai pada puncak kegilaan si genius. Semua dituturkan dalam diksi yang sangat kaya akan imajinasi namun rasional. Pikir deh betapa cerdasnya Süskind saat mendeskripsikan bagaimana aroma bayi (saya sendiri nggak tahu kalau manusia itu punya aroma-aroma tertentu—seperti susu atau keju basi, misalnya). Di sini seolah Süskind membuat kita percaya bahwa aroma bayi adalah seperti bau karamel. Itu hanya salah satu contoh dari diksinya tentang bau-bauan. Belum lagi saat dia mendeskripsikan aroma perawan. Mungkin bahasa yang dipakainya terlalu sensasional. Namun begitu, kita jadi paham bagaimana seorang Grenouille yang diberkahi indera penciuman (yang bisa dikatakan) “sempurna” tergila-gila hingga membuatnya terobsesi untuk menjadikannya parfum. Man! Saya sangat menyukai pembentukan karakter Grenouille. Süskind menuliskannya dengan begitu apik, jelas; perlahan-lahan hingga menjadi karakter utuh yang kuat.

Secara keseluruhan, Perfume bisa dikatakan bagus. Apalagi novel ini sudah menjadi international bestseller. Menurut saya, ceritanya bisa lebih menarik jika sang penulis tidak hanya menekankan kejeniusan-menyimpang Grenouille saja. Plot-plot perburuan-perawan kurang mendapat sentuhan yang lebih kuat. Harusnya di sini yang menjadi puncak kengerian buku ini. (Tapi sebenarnya dengan yang sudah ada saja saya sudah cukup bergidik ngeri xD). Süskind mengakhiri cerita dengan cukup bijaksana. Yah… mungkin jauh dari yang saya harapkan. Namun cukup pantas menjadi akhir kisah dari seorang genius-menyimpang seperti Grenouille. Sebuah akhir yang tidak akan pernah kau sangka-sangka. So, don’t you stop reading till the last page!


pic from dastanbooks.com
 

doremii dori! Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea