12.24.2008

Waspada di angkot.

Diposting oleh mii di 01.03 0 komentar
Ini berdasarkan pengalaman pribadi saya. Beberapa minggu yang lalu, saya hampir kecolongan.

Siang itu, saya baru aja keluar dari Toko Buku Gramedia di daerah Matraman Jakpus. Saya sempat mengecek handphone, lalu HP saya masukan ke saku rok. Saya menyebrangi jembatan dan naik angkot 01 ke arah Kp.Melayu.

Saat itu, saya duduk di bangku kayu yang biasanya ada di pinggir pintu. Beberapa saat setelah saya masuk, seorang mas-mas - dengan penampilan rapi layaknya orang kantoran, lengkap dengan tas - masuk ke angkot itu dan duduk di bangku untuk 4 orang, dia duduk di paling pinggir dekat pintu, berhadapan dengan saya. Mumpung angkot itu masih ngetem, saya menyimpan HP yang tadi ada di kantong rok ke tas saya. Cerobohnya, saat itu saya tidak memasukannya ke dalam dompet HP saya.

Tidak jauh angkot melaju, 2 orang bapak - juga terkesan rapi - naik dan duduk di bangku utk 6 orang. Mereka duduk di sebelah seorang ibu yang duduk tepat di pojok belakang supir. Posisi mereka duduk menghadap pintu. Salah satu bapak itu sejak naik, terus memegang 3 lembar uang seribuan. Awalnya saya agak heran dengan sikapnya.

Tak beberapa lama angkot melaju, uang si bapak yang dipegang itu terbang dan jatuh di bawah bangku saya (masih ingat kan saya duduk di mana?). Bapak itu minta ibu yang duduk di sampingnya untuk mengambilkan uangnya. Tapi ibu itu menyuruhnya untuk mengambil sendiri. Bapak itu pun agak membungkuk dan meraba-raba kolong bangku. Setelah ketiga lembar uangnya berhasil diambil, bapak itu meminta kepada saya untuk mengambilkan uang 5 ribuannya yang masih tertinggal.

Saat itu saya agak kaget juga ragu. Karena berdasarkan apa yang saya lihat sejak bapak itu naik, dia hanya memegang 3 lembar uang seribuan, tidak ada uang 5 ribu di tangannya. Saya yakin sekali karena si bapak itu memegangnya secara terbuka, dia bahkan sempat menghitung-hitungnya.

Sebenarnya saya enggan menuruti kemauannya. Tapi bapak yang satu lagi (yang naik bersama bapak si pemegang uang ini, juga yang tidak saya sadari mereka adalah komplotan) meminta saya menurutinya.

Dengan ragu-ragu saya raba kolong bangku saya. Bapak pemilik uang sedikit menuntun arah di mana letak uangnya. Dia menyuruh saya melihatnya ke bawah. Sedikit saja saya menoleh ke kolong bangku, hanya ada plastik hitam.

Saat itu saya merasa ada sesuatu yang meraba tas di pangkuan saya. Begitu saya lihat, tas saya sudah terbuka, dan HP saya hampir mencuat. Saya baru sadar kalau yang tadi sempat merogoh tas saya adalah orang di depan saya (mas-mas yang berpenampilan org kantoran). Wajahnya tampak cemas dan takut. Saya terus saja mempelototinya. Sayan ingin teriak, tapi saya takut dia membawa senjata tajam, atau nantinya saya di dorong keluar (berhubung saya duduk menyampingi pintu). Saya juga yakin, dua orang bapak itu adalah komplotannya. Dan trik 'uang jatuh' yang mereka lakukan itu adalah modus mereka.

Saya terus membekap tas saya erat-erat, juga terus memperhatikan mereka dengan tatapan geram. Karena tidak ada yang bisa saya lakukan. Tubuh saya rasanya jadi lemas. Suara saya rasanya tertahan, saking takutnya.

Dua bapak itu turun di halte busway Kebon Pala. Lalu yang mas-mas itu turun di depan puskesmas Jatinegara. Mereka sengaja turun terpisah, mungkin agar tidak dicurigai.

Setelah mereka turun semua, barulah saya bisa membuka mulut. Saya bilang pada orang-orang di dalam angkot itu. Ibu yang duduk di belakang supir sudah menyadari.

Hhh...
Benar-benar pengalaman yang menyebalkan. Saya kesal juga bersyukur karena HP saya tidak berhasil diambilnya. Pengalaman ini benar-benar jadi pelajaran buat saya.

Sebaiknya jangan menggunakan HP di dalam kendaraan jika tidak mendesak. Dan waspadailah orang-orang di sekitar anda!

12.24.2008

Waspada di angkot.

Diposting oleh mii di 01.03 0 komentar
Ini berdasarkan pengalaman pribadi saya. Beberapa minggu yang lalu, saya hampir kecolongan.

Siang itu, saya baru aja keluar dari Toko Buku Gramedia di daerah Matraman Jakpus. Saya sempat mengecek handphone, lalu HP saya masukan ke saku rok. Saya menyebrangi jembatan dan naik angkot 01 ke arah Kp.Melayu.

Saat itu, saya duduk di bangku kayu yang biasanya ada di pinggir pintu. Beberapa saat setelah saya masuk, seorang mas-mas - dengan penampilan rapi layaknya orang kantoran, lengkap dengan tas - masuk ke angkot itu dan duduk di bangku untuk 4 orang, dia duduk di paling pinggir dekat pintu, berhadapan dengan saya. Mumpung angkot itu masih ngetem, saya menyimpan HP yang tadi ada di kantong rok ke tas saya. Cerobohnya, saat itu saya tidak memasukannya ke dalam dompet HP saya.

Tidak jauh angkot melaju, 2 orang bapak - juga terkesan rapi - naik dan duduk di bangku utk 6 orang. Mereka duduk di sebelah seorang ibu yang duduk tepat di pojok belakang supir. Posisi mereka duduk menghadap pintu. Salah satu bapak itu sejak naik, terus memegang 3 lembar uang seribuan. Awalnya saya agak heran dengan sikapnya.

Tak beberapa lama angkot melaju, uang si bapak yang dipegang itu terbang dan jatuh di bawah bangku saya (masih ingat kan saya duduk di mana?). Bapak itu minta ibu yang duduk di sampingnya untuk mengambilkan uangnya. Tapi ibu itu menyuruhnya untuk mengambil sendiri. Bapak itu pun agak membungkuk dan meraba-raba kolong bangku. Setelah ketiga lembar uangnya berhasil diambil, bapak itu meminta kepada saya untuk mengambilkan uang 5 ribuannya yang masih tertinggal.

Saat itu saya agak kaget juga ragu. Karena berdasarkan apa yang saya lihat sejak bapak itu naik, dia hanya memegang 3 lembar uang seribuan, tidak ada uang 5 ribu di tangannya. Saya yakin sekali karena si bapak itu memegangnya secara terbuka, dia bahkan sempat menghitung-hitungnya.

Sebenarnya saya enggan menuruti kemauannya. Tapi bapak yang satu lagi (yang naik bersama bapak si pemegang uang ini, juga yang tidak saya sadari mereka adalah komplotan) meminta saya menurutinya.

Dengan ragu-ragu saya raba kolong bangku saya. Bapak pemilik uang sedikit menuntun arah di mana letak uangnya. Dia menyuruh saya melihatnya ke bawah. Sedikit saja saya menoleh ke kolong bangku, hanya ada plastik hitam.

Saat itu saya merasa ada sesuatu yang meraba tas di pangkuan saya. Begitu saya lihat, tas saya sudah terbuka, dan HP saya hampir mencuat. Saya baru sadar kalau yang tadi sempat merogoh tas saya adalah orang di depan saya (mas-mas yang berpenampilan org kantoran). Wajahnya tampak cemas dan takut. Saya terus saja mempelototinya. Sayan ingin teriak, tapi saya takut dia membawa senjata tajam, atau nantinya saya di dorong keluar (berhubung saya duduk menyampingi pintu). Saya juga yakin, dua orang bapak itu adalah komplotannya. Dan trik 'uang jatuh' yang mereka lakukan itu adalah modus mereka.

Saya terus membekap tas saya erat-erat, juga terus memperhatikan mereka dengan tatapan geram. Karena tidak ada yang bisa saya lakukan. Tubuh saya rasanya jadi lemas. Suara saya rasanya tertahan, saking takutnya.

Dua bapak itu turun di halte busway Kebon Pala. Lalu yang mas-mas itu turun di depan puskesmas Jatinegara. Mereka sengaja turun terpisah, mungkin agar tidak dicurigai.

Setelah mereka turun semua, barulah saya bisa membuka mulut. Saya bilang pada orang-orang di dalam angkot itu. Ibu yang duduk di belakang supir sudah menyadari.

Hhh...
Benar-benar pengalaman yang menyebalkan. Saya kesal juga bersyukur karena HP saya tidak berhasil diambilnya. Pengalaman ini benar-benar jadi pelajaran buat saya.

Sebaiknya jangan menggunakan HP di dalam kendaraan jika tidak mendesak. Dan waspadailah orang-orang di sekitar anda!
 

doremii dori! Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea