Dalam buku ini, dikisahkan Poirot mendapatkan kasus pembunuhan yang melibatkan seorang gadis, dibantu oleh Ariadne Oliver, seorang wanita paruh baya, pengarang novel detektif. Suatu hari di saat Poirot tengah menyantap sarapan paginya, seorang gadis muda yang berusia 20-an datang padanya dan mengaku telah membunuh seseorang. Dan kemudian gadis ini menghilang, sementara pembunuhan yang dikatakannya itu sama sekali tidak jelas; tidak diketahui siapa yang dibunuh, kapan dan di mana terjadinya, dan mengapa.
Poirot bersama Mrs. Oliver berusaha memecahkan kasus ini. Bersamaan dengan penyelidikannya, Poirot perlahan-lahan menemukan skandal besar di balik kasus tersebut, kasus yang melibatkan cukup banyak orang yang masing-masing saling berhubungan. Dan untuk memecahkan kasus ini, satu-satunya cara adalah dengan menemukan gadis yang menghilang itu, yang disebut dengan Gadis Ketiga.
Third Girl adalah novel misteri Hercule Poirot kedua yang saya koleksi. Sebelumnya saya punya Murder on the Orient Express. Yang saya beli adalah cetakan baru, dengan desain sampul yang sama sekali berbeda dengan cetakan lama; yang sekarang warnanya dibuat lebih kalem (dominan dengan putih, keemasan, dan hitam), cukup kontras dengan warna sampul cetakan lama yang berwarna lebih keras (merah ataupun hitam) yang memberikan kesan misterius.
Cerita detektif dalam Third Girl ini berlatar belakang kota London tahun 60-an (memang ditulis dan terbit pada tahun sekian), tempat Poirot berkerja sebagai detektif swasta. Ya, kayak cerita di seri Murder on the Orient Express, dalam cerita ini Agatha Christie senang memakai banyak tokoh dalam ceritanya. Dan tokoh-tokoh itu punya karakter kuat. Dan di buku ini, Christie memasukan sedikit unsur humor, membuat saya nggak bosen membacanya. Tapi, mungkin juga karena begitu banyaknya tokoh, bikin pembaca agak susah untuk mengikuti kasusnya. Meskipun alurnya lambat, tapi nggak membosankan. Christie menyelipkan kejutan-kejutan di tiap chapternya, yang bikin kita nggak mau ngelepas satu halamanpun. Dan tentu aja, kejutan terbesarnya ada di akhir cerita. Bagi pembaca yang udah nebak siapa pelakunya, bagaimana kira-kira kronologinya, siap-siaplah menerima kebenaran kasus yang (biasanya) kemungkinan besar meleset dari perkiraan Anda! (ini sih saya banget) XD
Overall, saya bilang buku ini bagus. Apalagi buat para pecinta cerita misteri, saya rekomendasikan buat menjadikannya koleksi. Saya sendiri pun masih berniat menambah dengan seri Hercule Poirot yang lain. ^^